Ciletuh
yang secara adminstratif termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Sukabumi
memiliki geologi yang unik. Di daerah ini tersingkap batuan campur aduk (mélange)
yang berumur Kapur dan batuan sediment berumur Paleogen. Kelompok
batuan Pra-Tersier merupakan satuan batuan tertua yang tersingkap di
permukaan daratan Pulau Jawa. Di Pulau Jawa sendiri ada tiga lokasi yang
memiliki singkapan batuan tertua, yaitu di daerah Ciletuh (
Sukabumi-Jawa Barat), daerah Karangsambung (Kebumen-Jawa Tengah) dan di
daerah Bayat (Klaten, Yogyakarta).
Yang
unik dari singkapan batuan Pra-Tersier di daerah Ciletuh adalah seluruh
singkapan batuannya berada di dalam suatu lembah besar menyerupaiamphiteather dengan bentuk tapal kuda yang terbuka ke arah Samudra Hindia.
Morfologi lembah Ciletuh dibatasi oleh dataran tinggi Jampang (Plateau Jampang)
dengan kemiringan lereng yang sangat terjal hingga mendekati vertikal.
Di atas dataran tinggi ini, kita dapat menikmati pemandangan lembah
Ciletuh yang indah dengan latar belakang Samudra Hindia dengan
pulau-pulau kecil di sekitar pantainya.
Di
dalam lembah Ciletuh, kita dapat melihat rangkaian bukit-bukit kecil
dan bukit soliter (berdiri sendiri) yang batuannya disusun oleh batuan
Pra-Tersier dan sedimen Paleogen. Beberapa morfologi bukit yang dapat
dengan jelas dilihat dari daerah tinggian ini, antara lain Pr. Beas dan
Gunung Badak.
Batuan
Pra-Tersier disusun oleh batuan beku basa dan ultra basa, terdiri atas
gabro dan peridotit, sedangkan batuan berumur sedimen Paleogen terdiri
atas batupasir greywacke, tuf, batupasir kuarsa dan konglomerat.
Kelompok batuan Pra-Tersier dan Paleogen juga sebagai penyusun utama di
Pulau Mandra, Pulau Kunti, Pulau Manuk dan pulau-pulau kecil lainnya
yang berada di sekitar pantai Ciletuh.
Secara
stratigrafi batuan Pra-Tersier dan Paleogen di dalam di lembah Ciletuh
ditindih secara tidak selaras oleh Formasi Jampang yang berumur Miosen.
Batuan Formasi Jampang terdiri atas breksi vulkanik, lava dan tuf,
dengan kemiringan perlapisan batuan kurang dari 15°. Selanjutnya secara
regional Formasi Jampang membentuk morfologi dataran tinggi yang luas (plateau Jampang)
dan merupakan pembatas lembah Ciletuh.Dari hasil penafsiran citra
landsat dan pengukuran bidang struktur di lapangan, diketahui struktur
geologi daerah Ciletuh terdiri atas struktur lipatan dan sesar. Struktur
lipatan terdiri atas antiklin dan sinklin, sedangkan struktur sesar
terdiri atas sesar mendatar, sesar naik dan sesar oblique (sesar
miring).
Besar
sudut kemiringan bidang perlapisan batuan sedimen Paleogen umumnya
berkisar antara 20° hingga 40°. Struktur lipatan umumnya berarah
barat-timur hingga timurlaut-baratdaya. Struktur lipatan ini terbentuk
akibat gaya-gaya kompresional dengan sistem tegasan berarah
utara-selatan.
Struktur
sesar daerah Ciletuh juga terbentuk akibat gaya-gaya kompresional
berarah utara-selatan. Struktur sesar ini memotong batuan mulai dari
umur Pra-Tersier hingga Neogen. Penyebaran satuan batuan di dalam lembah
Ciletuh, umumnya dikontrol oleh struktur sesar. Dari hasil intrepretasi
citra landsat dan data lapangan, diketahui bahwa struktur sesarnya
berjenis sesar naik, sesar mendatar dan sesar miring (oblique). Umumnya
sesar tersebut berarah utara-selatan, baratlaut-tenggara dan
timurlaut-baratdaya.
Sejarah Geologi Ciletuh
Daerah
Ciletuh pada saat ini terletak pada lingkungan tektonik busur vulkanik
dari sistem tumbukan antara Lempeng Eurasia dengan Lempeng Hindia
Australia. Lempeng Eurasia bersifat granitis (dinamakan juga sebagai
lempeng benua) sedangkan Lempeng Hindia-Australia bersifat basaltis
(dinamakan juga sebagai lempeng samudra). Posisi jalur tumbukan kedua
lempeng berada di Samudra Hindia.
Dari
waktu ke waktu, posisi jalur tumbukan dapat berubah-ubah sesuai dengan
kondisi geologinya pada saat itu. Pada Zaman Kapur, posisi jalur
tumbukan berada di daerah Ciletuh sekarang. Akibat dari pertemuan kedua
lempeng tersebut, daerah Ciletuh pada saat itu berada di lingkungan laut
dalam. Morfologi dasar laut yang dibentuk oleh aktifitas tumbukan kedua
lempeng tersebut menyerupai parit atau palung curam (trench) yang memanjang dengan arah barat-timur.
Di
dalam palung (zona tumbukan) terakumulasi sedimen laut dalam (sediment
pelagic) berupa lapisan lempung dan batugamping klastik. Disamping itu,
di dalam zona tumbukan terjadi proses percampuran batuan yang
mekanismenya dapat terjadi secara tektonik dan sedimenter.
Batuan campur aduk (batuan bancuh) dinamakan pula sebagai melange,
batuannya terdiri atas batuan beku, batuan metamorfik dan batuan
sedimen. Apabila proses percampuran batuannya akibat tektonik dinamakan
sebagai “melange tektonik” dan apabila prosesnya akibat sedimentasi maka
dinamakan sebagai “melange sedimenter” atau olistostrom. Di dalam lembah Ciletuh, batuan melange terdiri atas batuan basa dan ultra basa (Ofiolit), seperti peridotit, serpentinit, gabro dan basalt.
Batuan
melange Ciletuh selanjutnya ditutupi secara tidak selaras oleh batuan
sedimen Formasi Ciletuh. Formasi Ciletuh terdiri atas metasedimen,
breksi dan greywacke. Di dalam lembah Ciletuh, satuan batuan tersebut
dapat dijumpai di daerah bermorfologi bergelombang dan di beberapa
daerah sekitar pantai.
Daerah
Ciletuh yang semula berupa cekungan pada akhirnya penuh dengan isian
sedimen (Formasi Ciletuh) dan pada saat yang bersamaan tektonik
pengangkatan terus belangsung. Akibat proses geologi ini, daerah
Ciletuh untuk pertama kalinya berubah menjadi daratan.
Morfologi
daratan Ciletuh pada saat itu terdiri atas perbukitan (tinggian) dan
lembah (rendahan). Bentuk morfologi tersebut dikontrol oleh sesar-sesar
normal yang diakibatkan oleh tektonik regangan.
Pada
bagian rendahan mulai terakumulasi sediment sungai, terdiri atas
lapisan pasir kuarsa dan konglomerat. Satuan batuan tersebut pada
akhirnya dinamakan sebagai Formasi Bayah (Martodjojo, 1984). Selanjutnya
tektonik regangan ini makin intensif sehingga sebaran sedimennya makin
luas dan tebal serta dibeberapa tempat sudah mulai terbentuk sedimen di
lingkungan transisi dan delta.
Tektonik
regangan yang terjadi pada saat itu, mengawali pembentukan cekungan
(selanjutnya dinamakan sebagai Cekungan Bogor) dan pada tahap
selanjutnya, daerah Ciletuh kembali tenggelam menjadi lautan. Secara
tektonik daerah Ciletuh pada saat itu berada di lingkungan Cekungan
Belakang Busur.
Ciletuh
kembali menjadi daratan pada kala Plio-Plistosen. Pada saat itu
tektonik kompresi di Jawa berlangsung secara besar-besaran. Seluruh
batuan di dalam Cekungan Bogor mengalami pengangkatan, perlipatan dan
pensesaran yang menyebabkan sebagian besar Cekungan Bogor menjadi
daratan. Secara tektonik daerah Ciletuh pada saat itu berada di
lingkungan Busur Gunungapi (Vulcanic arc) dan kondisi tersebut bertahan hingga sekarang.
Mekanisme Tersingkapnya Batuan-Pra Tersier Ciletuh
Batuan
Pra-Tersier Ciletuh yang tersingkap di dalam lembah Ciletuh, menempati
elevasi mulai 0 hingga 50 m di atas permukaan laut. Pada batas
lembah-lembahnya, batuan tua ini ditutupi oleh Formasi Jampang yang
umurnya lebih muda (Miosen).
Dilihat
dari sejarah geologinya, batuan Pra-Tersier Ciletuh merupakan batuan
tertua yang terletak di bagian paling bawah dari urutan stratigrafinya.
Selanjutnya batuan tua ini ditutupi oleh batuan sedimen yang umurnya
lebih muda dengan tebal mencapai ribuan meter.
Pada
saat ini, batuan Pra-Tersier telah tersingkap ke permukaan dengan
berbagai macam proses geologi. Proses tektonik merupakan mekanisme utama
yang menggerakan batuan dari posisi bawah ke permukaan (pengangkatan).
Proses pengangkatan dapat terjadi melalui mekanisme pembentukan struktur
lipatan dan sesar naik.
Jalur
sesar naik daerah Ciletuh dan sekitarnya umumnya relatif lurus dan
berarah barat-timur, sedangkan sebaran batuan tua yang berada di lembah
Ciletuh dibatasi oleh batas-batas lembahnya yang melingkar. Dengan
demikian harus ada mekanisme lainnya yang menyebabkan batuan tua
tersebut tersingkap ke permukaan.
Morfologi
lembah membusur dengan bentuk setengah lingkaran (bentuk tapal kuda)
biasanya terjadi akibat longsoran. Dengan mengacu kepada model tersebut
maka di daerah Ciletuh pernah terjadi peristiwa longsor besar yang
menyebabkan masa batuan Formasi Jampang bergerak ke arah laut (Bentuk
lembah Ciletuh membusur dan terbuka ke arah laut). Selanjutnya akibat
peristiwa longsoran besar ini, tersingkaplah batuan tua di permukaan.