SUNRISE KATUMIRI, KEC. PARONGPONG, KAB, BANDUNG BARAT |
"Racuuuunnn"
Kira-kira
gitulah reaksi temen-temen kalau saya mulai posting hal-hal berbau
objek wisata yang pastinya masih di Indonesia . Awalnya sih hanya
posting tentang beberapa objek wisata yang masih bisa dibilang belum
terkenal atau bahkan malah belum pernah didenger sama sekali namanya.
Berhubung masih awal banget kenal sama dunia travelling, jadi ga banyak
pengalaman pribadi yang bisa diceritain, jadi yaaaa posting beberapa
tempat yang memang udah jadi inceran dari jaman kuliah dulu, siapa tau
ada yang sudah pernah atau malah mau kesana, jadi kan ada temennya.
Lama-lama,
makin sering jalan, makin banyak tempat baru yang didatengin, makin
banyak pengetahuan yang didapet, dan makin miris rasanya. Miris?? yap,
dari sekian banyak tempat, pengetahuan dan pembelajaran yang tak
ternilai harganya ada saja terselip suatu kata sifat "ketidakpedulian".
Ketidakpedulian terhadap sesama, terhadap alam dan segala isinya,
terhadap keragaman budaya yang ada, kekayaan adat-istiadat dan kearifan
lokal, bahkan terhadap Sang Pencipta.
Bagaimana
tidak, disuatu waktu, kami sudah susah payah atau bahasa kerennya
sekarang sih "blusukan" sampai penuh lumpur, tangan-kaki-muka penuh
baret-baret duri tanaman, berjalan jauh belasan kilometer, nyebrang
pulau berjam-jam, bahkan terbang dengan pesawat seadanya untuk mencapai 1 tempat
tujuan yang menurut kami "hidden paradise" -dan sebaiknya tetap
bersembunyi- adaaa sajaa oknum yang dengan mudahnya (mudah dari semua
aspek) malah dengan seenaknya merusak dengan embel-embel "memlihara",
"mengelola" dll..... aah preettt!!! dan akhirnya, tempat yang kami
nobatkan sebagai "hidden paradise" sudah tidak "hidden" lagi dan sudah
tidak bisa dibilang "paradise" lagi karena sudah hampir sama menyerupai
tempat-tempat wisata lainnya. Embel-embel tadi ga semuanya membawa
dampak negatif sih, ada dampak positifnya jga, mulai dari terbukanya
akses, perubahan pola perekonomian warga sekitar, peningkatan pendapatan
penduduk sekitar, dll
Tapi
tetap saja, menurut saya pribadi tidak semua "hidden paradise" bisa
diperlakukan sama. Buktinya ada beberapa tempat yang sudah "disulap"
sedemikian rupa, tapi ternyata tidak bisa "bertahan", daya dukung
lingkungan dan juga daya tariknya sendiri tidak bisa membawa lebih
banyak lagi orang untuk beberapa waktu kedepan., bahkan bila makin
banyak yang datang, maka dia akan semakin tidak menarik seperti dulu,
dan akhirnya, kembali sepi,tapi kali ini dengan "rupa" yg sudah tidak
alami. Yah, sayang sekali. Miris!
Miris
lainnya yaitu..... disaat ada 1 tempat yang lagi heboh-heboh menuju
"naik daun" ternyata disana sudah "duduk manis" 1 atau 2. 3, bahkan 1
kawasan yang sudah dicap hak milik WNA & kita-kita yang hobi
menjelajah cuman bisa memicingkan mata sambil geleng-geleng kepala liat
didalam rumah kita ada rumah orang asing & kita sama sekali ga boleh
masuk ke dalemnya.... ironis!
Okee,
sebenernya bukan "pulau milik bule" hanya hak guna lahan di tempat itu
dikuasai sepenuhnya sama si bule tadi. Tapi kepemilikan masih punya
pemerintah. Tapiii, kalau saya pribadi sih eneg aja kalau ada
pulau/lokasi yang di privat sama bule-bule. Mau menyalahkan? menyalahkan
siapa? mau protes, tanpa kepemilikan mereka, mungkin malah tempat ini
ga akan pernah ke-eksplore sama orang Indonesianya sendiri. Oke,
biarlah, selama tempatnya dijaga & dirawat sih ga masalah.
Miris
lainnya adalah.... ketika browsing lokasi baru untuk dieksplore, dan
informasinya sangaaaat miniiimmm, sampai akhirnya mutusin buat ekplore
modal nekat ke TKP, dan akhirnya ketauanlah kalau ternyata informasinya
sengaja disebarkan seminim mungkin untuk konsumsi umum, karena disana
mungkin ada lahan milik salah satu perusahaan swasta, sumber bahan
tambang yang belum diekploitasi, dll. Kalau sudah kaya gini, harus
berdamai dengan perasaan kecewa campur sedih. Kecewa, karena sudah
sengaja diminimkan informasinya, ternyata milik perusahaan asing, sedih
karena tempat secantik itu, kalau jadi cadangan, berarti suatu waktu
harus siap "berubah wujud" Jadi, balik lagi sama postingan-postingan
saya yang kadang satu kali posting bisa 5 atau lebih postingan, tujuan
saya pribadi sih ga muluk-muluk harus semua orang Indonesia tau, yaaaa
minimal teman-teman yang punya hobi yang sama dengan saya bisa lebih
mengenal "rumahnya" sendiri, dimulai dari objek wisata, meningkat ke
gambaran daerahnya, meningkat lagi ke pengetahuan umum tentang
kebudayaan, adat istiadat, kebiasaan, rutinitas warga, pola kehidupan
mereka, bagaiman profil lokasi tempat tinggal mereka dll. Setidaknya,
dengan hanya sekedar tahu, kalau meningkat jadi tertarik, meningkat jadi
penasaran, setidaknya dia mencari tahu sendiri segala sesuatu tentang
tempat tersebut, jadi bisa meminimalisir secuil ke-"miris"-an yang tadi
sempat saya singgung diatas.
Hanya,
mungkin harus pintar-pintar memilah-milah informasi apa yang dicari,
kalau sudah dapat harus bijaksana untuk menyebarluaskannya, bertanggung
jawab dll. Tapi untuk yang se-level saya sih, cukup sampai dalam taraf
"cukup tahu" dan usaha samampunya dan kecil-kecilan untuk membantu
memajukan daerah dari modal berkunjung ke tempat-tempat wisata yang
masih belum banyak dikenal tapi punya potensi untuk sektor pariwisata
yang bagus. Ya, sederhana, hanya dari informasi mulut ke mulut, foto,
itenerary sederhana dan tulisan-tulisan beragam krakter di blog mengenai
"perjuangan" kitake tempat tersebut dan bagaimana tempat tersebut
"layak" didatangi meskipun penuh perjuangan.
Semoga
saja makin banyak warga Indonesia yang mau sedikit meluangkan waktunya
untuk "menengok" lagi ke dalam rumahnya ketimbang "mengintip"
"rumah-rumah" tetangga yang jauuuh lebih mewah. Seperti kata pepatah
"Rumput tetangga pasti lebih hijau" tapi ada juga pribahasa Sunda
"buruk-buruk papan jati" artinya seburuk apapun, tapi lebih baik jika
itu milik sendiri. (Kalau ga salah sih, belum buka buku pribahasa)