"Diam itu emas"
Pepatah yang sudah sering didengar sejak SD, dengan seribu tafsiran.
Buat saya kali ini tafsiran itu bisa diartikan dengan diamlah untuk tidak usil mengomentari urusan orang lain.
Yap, biarpun sudah sering dengar dan sudah termasuk kebal juga dengan komentar yang 1 ini dan juga turunan-turunannya, tapi kalau daya tahan kekebalan sedang tidak stabil, bisa-bisa sosok monster yang selama ini dijaga supaya tetap tertidur bisa bangun. Yap, monster itu bernama mulut.
Kalimat apa?
"Jalan-jalan wae"
Turunannya?
"Ga cape?" , "Kerjaannya gimana?", "Ga sayang uangnya?", "Tuh kan sakit, kebanyakan jalan sih."
Dan lain-lain
Okee dan 1 pertanyaan balik yang saya masih simpan rapat-rapat sampai sekarang adalah
"Kenapa? penasaran atau sirik?"
dan dilanjutkan dengan pernyataan
"Ga harus kan saya ngejalanin kegiatan yang sama kaya situ! Harus suka apa yang jadi kesuakaan situ! Saya pun ga mau
maksa situ harus suka sama apa yang saya sukai, jadi ga usah menggurui, komentar berdasarkan opinimu ataupun berusaha ceramah panjang-lebar mengenai apa yang saya lakuin"
Kenapa saya bisa punya pernyataan kaya gitu?
Karenaaa rata-rata orang yang ngeluarin komentar kaya gitu belum pernah atau mungkin salah moment berpergian kaya yang saya lakuin. Jangankan untuk hitungan biaya, nama tempat yang saya sebutpun ga ada 1 pun dari orang-orang kurang kerjaan tadi yang tau dimana letaknya, bagaiman bisa mereka ngerti strategi, persiapan & segala perhitungannya?
Mereka ga tau kalalu mau pergi ke suatu tempat itu harus hitung-hitungan berapa jaraknya, diperhitungkan apa bisa sampai lagi tepat waktu tanpa mengganggu rutinitas kerja, perhitungan jumlah biaya dengan jumlah orang karena selama ini selalu bepergian dengan sistem patungan, harus mencari moda transportasi yang efektif & efisien, harus cari tau tarif dari semua moda transportasi yang digunakan, harus memperhitungkan waktu tempuh & toleransi keterlambatan dari masing-masing moda transportasi yang tersedia, harus punya plan cadangan untuk semua aspek, harus juga memperhitungkan faktor cuaca, trend yang ada sepanjang daerah asal sampai ke tujuan (misalnya ada banjir di lokasi A, perbaikan jalan di lokasi B, longsor di lokasi C, dsb)
Bukan hanya itu, rute yang dilewatin dan nama-nama daerahnya pun bahkan sampai tingkat desa harus hafal urutannya, minimal tau kota besar terdekatnya apa, gimana cara kesana kalau-kalau ada situasi darurat. Dari segi keuangan, well siapapun boleh bilang kalau jalan-jalan itu membuang-buang uang. Tapi, apa bedanya sama orang yang tiap weekend ga jalan-jalan tapi nongkrong di mall, nonton bioskop, atau jalan-jalan ke villa?
Masalah uang itu masalah sensitif, jadi seorang yang hobi jalan-jalan itu adalah orang yang paling disiplin tentang uang. Ya iyalah, kalau dia ga disiplin, mana bisa dia bepergian tiap minggu tanpa harus mengemis-ngemis pinjem uang sana-sini untuk keperluan sehari-harinya? Kalau dia ga dsipilin tentang uang, bisa-bisa batal semua rencana bepergiannya karena uang yang sudah di budget untuk bepergian malah kepake untuk hal-hal lain yang sebetulnya hanya kebawa suasana saja.
Masalah cape, yah semua kegiatan pasti bakal menimbulkan rasa cape kan? bahkan tidur pun bisa bikin cape! Tapi cape untuk suatu kegiatan yang kita sukai rasanya itu adalah resiko yang tidak perlu diributkan. Kalau ternyata orang tersebut akhirnya sakit, jangan sembarangan menuduh gara-gara bepergian yang dia lakukan. Toh coba tengok orang lain, yang tidak suka bepergian, kalau sudah waktunya sakit ya sakit juga, kalau orang yang suka bepergian sudah 2 bulan berturut-turut dia bepergian jauh & kondisi kesehatannya masih fit terus, tandanya belum waktunya dia sakit kan?
Jadi, buat para komentator yang hobi banget ngomentarin orang-orang yang suka bepergian, sebelum melontarkan pertanyaan , cobalah tanya pada diri anda sendiri terlebih dahulu, maksud dari menanyakan pertanyaan itu apakah karena anda penasaran bagaimana mungkin seseorang yang dikenal bekerja di suatu tempat yang terkenal dengan kesibukannya bisa bebas bepergian jauh setiap weekend? hanya asal komentar dan bertanya? atau anda hanya sekedar sirik karena tidak bisa melakukan hal yang sama karena meski 1 lingkungan tapi anda tidak bisa seperti orang tersebut?
Pepatah yang sudah sering didengar sejak SD, dengan seribu tafsiran.
Buat saya kali ini tafsiran itu bisa diartikan dengan diamlah untuk tidak usil mengomentari urusan orang lain.
Yap, biarpun sudah sering dengar dan sudah termasuk kebal juga dengan komentar yang 1 ini dan juga turunan-turunannya, tapi kalau daya tahan kekebalan sedang tidak stabil, bisa-bisa sosok monster yang selama ini dijaga supaya tetap tertidur bisa bangun. Yap, monster itu bernama mulut.
Kalimat apa?
"Jalan-jalan wae"
Turunannya?
"Ga cape?" , "Kerjaannya gimana?", "Ga sayang uangnya?", "Tuh kan sakit, kebanyakan jalan sih."
Dan lain-lain
Okee dan 1 pertanyaan balik yang saya masih simpan rapat-rapat sampai sekarang adalah
"Kenapa? penasaran atau sirik?"
dan dilanjutkan dengan pernyataan
"Ga harus kan saya ngejalanin kegiatan yang sama kaya situ! Harus suka apa yang jadi kesuakaan situ! Saya pun ga mau
maksa situ harus suka sama apa yang saya sukai, jadi ga usah menggurui, komentar berdasarkan opinimu ataupun berusaha ceramah panjang-lebar mengenai apa yang saya lakuin"
Kenapa saya bisa punya pernyataan kaya gitu?
Karenaaa rata-rata orang yang ngeluarin komentar kaya gitu belum pernah atau mungkin salah moment berpergian kaya yang saya lakuin. Jangankan untuk hitungan biaya, nama tempat yang saya sebutpun ga ada 1 pun dari orang-orang kurang kerjaan tadi yang tau dimana letaknya, bagaiman bisa mereka ngerti strategi, persiapan & segala perhitungannya?
Mereka ga tau kalalu mau pergi ke suatu tempat itu harus hitung-hitungan berapa jaraknya, diperhitungkan apa bisa sampai lagi tepat waktu tanpa mengganggu rutinitas kerja, perhitungan jumlah biaya dengan jumlah orang karena selama ini selalu bepergian dengan sistem patungan, harus mencari moda transportasi yang efektif & efisien, harus cari tau tarif dari semua moda transportasi yang digunakan, harus memperhitungkan waktu tempuh & toleransi keterlambatan dari masing-masing moda transportasi yang tersedia, harus punya plan cadangan untuk semua aspek, harus juga memperhitungkan faktor cuaca, trend yang ada sepanjang daerah asal sampai ke tujuan (misalnya ada banjir di lokasi A, perbaikan jalan di lokasi B, longsor di lokasi C, dsb)
Bukan hanya itu, rute yang dilewatin dan nama-nama daerahnya pun bahkan sampai tingkat desa harus hafal urutannya, minimal tau kota besar terdekatnya apa, gimana cara kesana kalau-kalau ada situasi darurat. Dari segi keuangan, well siapapun boleh bilang kalau jalan-jalan itu membuang-buang uang. Tapi, apa bedanya sama orang yang tiap weekend ga jalan-jalan tapi nongkrong di mall, nonton bioskop, atau jalan-jalan ke villa?
Masalah uang itu masalah sensitif, jadi seorang yang hobi jalan-jalan itu adalah orang yang paling disiplin tentang uang. Ya iyalah, kalau dia ga disiplin, mana bisa dia bepergian tiap minggu tanpa harus mengemis-ngemis pinjem uang sana-sini untuk keperluan sehari-harinya? Kalau dia ga dsipilin tentang uang, bisa-bisa batal semua rencana bepergiannya karena uang yang sudah di budget untuk bepergian malah kepake untuk hal-hal lain yang sebetulnya hanya kebawa suasana saja.
Masalah cape, yah semua kegiatan pasti bakal menimbulkan rasa cape kan? bahkan tidur pun bisa bikin cape! Tapi cape untuk suatu kegiatan yang kita sukai rasanya itu adalah resiko yang tidak perlu diributkan. Kalau ternyata orang tersebut akhirnya sakit, jangan sembarangan menuduh gara-gara bepergian yang dia lakukan. Toh coba tengok orang lain, yang tidak suka bepergian, kalau sudah waktunya sakit ya sakit juga, kalau orang yang suka bepergian sudah 2 bulan berturut-turut dia bepergian jauh & kondisi kesehatannya masih fit terus, tandanya belum waktunya dia sakit kan?
Jadi, buat para komentator yang hobi banget ngomentarin orang-orang yang suka bepergian, sebelum melontarkan pertanyaan , cobalah tanya pada diri anda sendiri terlebih dahulu, maksud dari menanyakan pertanyaan itu apakah karena anda penasaran bagaimana mungkin seseorang yang dikenal bekerja di suatu tempat yang terkenal dengan kesibukannya bisa bebas bepergian jauh setiap weekend? hanya asal komentar dan bertanya? atau anda hanya sekedar sirik karena tidak bisa melakukan hal yang sama karena meski 1 lingkungan tapi anda tidak bisa seperti orang tersebut?