Dya Iganov

Rabu, 23 Oktober 2013

KEREN (HEBAT) KALAU.......

Yang ditemuin selama ngaprak jalur yang medannya luar binasa & orang hebat yang buang egonya untuk cepat sampai puncak demi temannya juga sampai di puncak
HEBAT
Kadang suka geli sendiri klo dengerin percakapan kurang lebih kaya gini:
"Si A keren loh, dia masih muda, umur belum 30 tahun udah selesai kuliah S3 di salah satu universitas bagus di luar negeri & sekarang dapat tawaran kerja di salah satu perusahaan asing terkenal disini (Indonesia). Terus ada lagi temen saya sekarang dia jadi dosen di salah satu kampus ternama, dulu dia kuliah S2 di kampus ternama di luar negeri. Teman SD saya dulu sekarang sedang kuliah S3 di Jerman, udah mau lulus"

Blaaass.....

Dalam tulisan ini, karena hasil pemikiran saya, jadi boleh donk kalau saya anlogikan "Keren" itu sama maksudnya dengan "Hebat" -maksa dikit :D

"Keren" sebenernya indikator "Keren" itu hanya terbatas sama kemampuan seseorang untuk meraih posisi tertinggi dalam jenjang pendidikan formal sajakah? kalau memang begitu, seorang wirausaha yg punya "cap" sukses di bisnisnya, kekayananya melebihi kekayaan pejabat-pejabat daerah itu ga bisa dibilang "keren" yah? hemmm...

Please be wise use word "Keren" dan mengkategorikan seseorang itu tidak keren . Karena menurut saya pribadi, penilaian itu tergantung cara pandang masing-masing. Menurut saya pribadi, saya menganggap seorang eksekutif muda, sukses dibidangnya & berhasil meraih posisi tertinggi di jenjang pendidikan formalnya itu... oke, keren, tapi biasa. Sirik? jelas bukan! Hey, lagipula saya sama sekali ga ada ambisi atau jadi suatu target dalam hidup harus bisa meraih gelar S3, S4, S5 dan Es-es lainnya.

Buat saya pribadi, seorang dengan tingkat pendidikan yang standar, bahkan lulus SMP pun tidak, tapi dia punya segudang pengetahuan yang tidak banyak orang tahu, punya kreatifitas, punya tingkat sosialisasi & adaptasi dengan tempat baru yang tinggi, baru saya bilang KEREN! Menurut saya, ilmu sebanyak apapun, sebaru apapun kalau hanya teori tanpa aplikasi buat apa? kalaupun sampai meraih gelar Profesor tetapi aplikasinya hanya terbatas selama jenjang waktu untuk mencapai gerlar Profesor saja & ketika dituntut untuk beradaptasi dengan lingkungan "asing" dan akhirnya kewalahan karena selama ini hanya terfokus pada apa-apa saja yang ada dalam "jalan menjadi Profesor biar keren", hei, sayang sekali kehidupanmu!

Kalau didunia perkuliahan, oke kita mungkin akan mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan dengan lebih "terjamin" dan juga akan mendapatkan hak kita berupa penilaian balik oleh sang pemberi pengetahuan dari hasil berupa tugas, paper, laporan, penelitian, dan apapun itu sebutannya. Lantas, apakah seseorang yang langganan mendapat nilai E, bahkan F dalam bidang eksak itu akan langsung mutlak dicap "Tidak keren". Jangan-jangan memang hitungan, rumus, dan aplikasi perhitungan itu bukan dunianya! Jangan-jangan bila dia disuguhkan issu mengenai pertumbuhan ekonomi atau bencana alam yang ada, analisis dan pendapatnya bisa lebih meyakinkan & lebih "baru" dari yang sudah-sudah? jadi, apakah seseorang dengan penilaian bidang eksak dianggap "tidak keren" tetapi di bidang lainnya merupakan "aset" ini bukan orang "keren"??

-Si A keren lulusan jurusan Teknik Informatika kampus ternama dan sekarang jadi pegawai sebagai programmer perusahaan multinasional ternama dengan gaji bukan kurs Rupiah
-Si B keren, lulusan jurusan bisnis manajemen yang terkenal mahal dan sekarang punya usaha sendiri yg juga sukses
-Si C keren, dia lulusan ilmu hukum internasional dan mewakili Indonesia dalam perjanjian/perundingan/diskusi tinternasional
-Si D keren dia seorang pengamat sosial yang sering dimintai pendapat dan analisisnya di perkuliahan umum ataupun media-media terkait issu yang sedang ada
-Si E keren, dia seorang lulusan SMK dan sekarang dengan pekerjaannya dia sudah keliling hampir setengah Indonesia dan mendapat banyak hal yang bahkan Presiden pun belum tentu bisa se-detail itu (oke, lebay dikit)
-Si F keren dia seorang lulusan S1 & sekarang dia kerja serabutan tetapi hampir semua berita/issu tentang berbagai hal di Indonesia dia tahu (istilah kerennya , ga ketinggalan berita)
-Si G keren, dia cuman seorang lulusan SD & sekarang dia pemilik perusahaan jasa transportasi yang cukup terkenal bahkan sudah buka cabang di beberapa kota di Indonesia
HEBAT 2
HEBAT 2
Dan ilustrasi orang-orang keren lainnya.

Sebenarnya yg bisa jadi ukuran "keren" -untuk saya pribadi- yg bisa dikatakan mutlak sebagai indikatornya hanya 2, seberapa besar usahanya & seberapa dekat dia dengan Sang Penciptnya, hal lainnya diluar itu, sangat relatif.
Jadi,kalau ada yang bilang supir Elf itu bukan orang "keren", bisakah kamu nyetir ELF dengan medan luar binasa dengan bermacam-macam jenis muatan dan beban mobil, waktu tempuh yang cukup lama dan harus siap bersahabat dengan segala macam cuaca & hambatan di jalan dan tentunya tanggung jawab nyawa manusia di tanganmu?

-Hanya Ngoceh, Abaikan-
HEBAT 3
HEBAT 3

Selasa, 22 Oktober 2013

“NO FACEBOOK DURING WORK HOUR” (?)

Klo inget selewat isi materi seminar tadi siang, kurang lebih tentang Geowisata, ada 1 kalimat yg mungkin bisa bikin sedikit “bernafas” untuk ber-FB-an di waktu kosong di kantor. Ya intinya (klo tepatnya apa kalimatnya, ya saya lupa >.<) saya simpulin pakai bahasa sendiri jadi kaya gini:

-Jaman sekarang teknologi sudah makin canggih, penyebaran informasi mengenai suatu objek wisata (khususnya yg berkaitan dengan Geologi) semakin mudah. Salah satunya melalui sosial media: Fb, twitter, instagram dll. Jadi, media sosial-media sosial punya peranan lebih dari hanya sekedar menginformasikan “aduh, pusiiing”, “bosan deh” dll. Tergantung pintar-pintarnya kita memanfaatkan kemajuan teknologi itu untuk apa, apakah akan dimanfaatkan sebagai alat untuk menambah wawasan dan berbagi informasi, atau hanya sebagai tempat untuk hal-hal yang sifatnya sehari-hari saja-

 Kalau saya sih, selama ini mainan FB memang untuk nyari-nyari info & kasih informasi tentang tempat-tempat yang bagus yg masih belum dikenal orang banyak. Salah satu fitur FB yg cukup membantu saya untuk hal-hal demikian fitur Grup FB. Terlepas dari banyaknya media sosial & kemajuan teknologi gadget-gadget dan kawan-kawannya yang juga punya fitur serupa, kali ini saya hanya bahas media sosial yang pertama kali saya gunakan untuk hal lain selain hiburan dan hal-hal lain yang sifatnya “kegiatan sehari-hari”. Grup FB yang saya ikuti ga lain ga bukan 1 dan beberapa grup lainnya yang isinya orang-orang yang memang hobi -bahkan keracunan- jalan-jalan. Jalan-jalan disini punya maksud yang luas, bukan jalan-jalan sekedar keliling kota ga jelas, tapi juga termasuk misalnya naik gunung, main ke pantai, kemping di pulau, touring, caving, rafting, dll semuanya ada di 1 & beberapa grup yang saya ikutin di FB.

Awal-awal sih ya cuman ikut-ikut aja ajakan-ajakan dari temen yang sebagian besar malah belum tau mukanya kaya apa, siapa si A, si B dll, lama-kelamaan beberapa teman ini mungkin perlu 1 “wadah/tempat” untuk bisa komunikasi di media sosial yang lingkupnya jauh lebih “luas dan bebas” dibandingkan pakai HP (pada jaman itu). Wadah/tempat ini ya ga lain & ga bukan adalah fitur “Group” di FB. Makin banyak yang gabung, makin banyak juga temen-temen yang posting” entah itu foto, catatan perjalanan, event invitation ataupun hanya sekedar bertanya tentang 1 objek wisata. Tapi memang tidak semua orang bisa/cocok dengan aktivitas suatu grup ataupun jenis kegiatan yang mereka adopsi sebagai ciri khas grup mereka dan lebih memilih untuk menggunakan fitur lainnya “page” ataupun mungkin di akun pribadi untuk menyajikan informasi-informasi yang berkaitan dengan Travelling.

Selain media untuk berbagi & mencari informasi, untuk saya pribadi FB juga sebagai media untuk belajar. Belajar? yap, belajar dari materi yang berhubungan dengan bidang keilmuan kaya di sekolah atau di perguruan tinggi, belajar tentang apa-apa saja yang harus, tidak boleh, sesuai, tidak sesuai berkaitan dengan berbagai macam Travelling yang ga didapet di jenjang pendidikan formal, media untuk diskusi hal-hal umum (bukan gosip artis pastinya) untuk membuka wawasan dan mengasah kemampuan untuk menyimak dan mengutarakan pendapat dengan benar bukan hanya asal nyeplos. Kenapa? karena teman diskusi kita pun ga jarang adalah “Orang asing” yang kita sendiri saja ga tau nama aslinya siapa, tinggal dimana, jangankan kita tau sifat & wataknya, mukanya aja kita ga tau, makanya kalau diskusi semacam ini secara ga langsung menuntut kita buat mencari sendiri informasi terkait bahan diskusi yg akurat ditambah dengan pengetahuan kita di bidang keilmuan dan bidang pekerjaan yang kita tekuni yg terkait topik diskusi. Intinya, biar ga malu-maluin asal nyeplos gitu aja. Dari nyimak diskusi atau terlibat langsung dalam diskusi tersebut, setidaknya kita jadi dapat hal baru, sama dengan belajar kan?

Selain diskusi tentang hal-hal umum, ga jarang juga saya tanya-tanya tentang materi di bidang keilmuan yang dipelajari di jenjang pendidikan formal tetapi tidak saya tekuni, tapi tentunya hanya hal-hal dasar atau hal-hal yang memang ingin saya ketahui saja, tidak mendetail seperti kuliah yang disusun sedemikian rupa pembagian materi dan tingkat pemahamannya dalam suatu kurikulum tertentu, bisa-bisa kabur & pingsan mendadak teman-teman yang kita minta ilmunya :v
Balik lagi ke topik awal, selain fitur “Group” di FB, ada juga beberapa orang yang lebih memilih fitur “Page” ataupun di akun pribadinya untuk memberi informasi mengenai hal-hal yang (untuk bahasannya ini) berkaitan dengan “Travelling” Darimana kita bisa tahu bahwa akun-akun pribadi siapa saja atau “Page” mana saja yang memang rutin memberikan informasi secara jelas dan berkala (aktif memberikan informasi)? Kalau saya pribadi, bersasarkan pengalaman selama ini, semuanya berawal dari fitur “Group” FB yang anggotanya bisa belasan, puluhan, bahkan ratusan. Dari 1 teman yang kita kenal secara langsung ataupun tidak langsung, kita bisa saja dapat kenalan bahkan link kemana saja atau bisa tanya ke siapa saja untuk hal-hal yang berkaitan dengan A, B, C dan seterusnya meskipun kita belum pernah bertemu secara langsung sebelumnya.

Tapi, terlepas dari semua “kemudahan” untuk mendapatkan informasi dan juga bahkan belajar, kita tetap harus mengutamakan sopan santun dan membiasakan untuk berterima kasih. Jangan menganggap karena kita berinteraksi dengan orang-orang yang sebagian besar beum kita kenal secara langsung, lalu setelah kita dapat informasi/ilmu yang kita butuhkan, kita “sudahi” begitu saja tanpa ada basa-basi,  silaturahmi (menanyakan kabar mungkin) ataupun tanpa terimakasih sedikitpun. Tapi, bukan berarti setelah kita mendapatkan informasi dan untuk menjaga silaturahmi kita malah jadi terkesan pecicilan -_-. Begitu juga kalau posisi kita yang menjadi sumber informasi, tidak ada salahnya kan kita tanya dulu untuk kepentingan apa, jangan-jangan nanti disalahgunakan atau kalau ada hal-hal yang tidak diinginkan malah kita yang dicari untuk tanggung jawab -__-. Bila sudah jelas maksud si penanya, kita saring informasi yang memang penting untuk diketahui, hal-hal yang akan tetap menjadi patokan, dan hal-hal/ informasi apa saja yang kemungkinan sudah tidak sama lagi dengan yang kita dapat dahulu supaya yg nanya pun tidak tambah bingung dengan penjelasan kita yang njelimet.

Jadiiii, kalau misalnya di kantor & lagi ga terlalu sibuk tapi saya kesannya kaya buka FB non stop, sapa tau sedang diskusi/rencanain kegiatan/malah lagi memulai suatu kesempatan usaha baru (bisa juga loh) bukan hanya komen sana-sini ga jelas & ngepoin fb orang -__- yaa memang sih ga ada untungnya untuk kerjaan kantor, tapi toh daripada ngepoin orang ga jelas, ngajak ngobrol temen sekantor yg lagi riweuh, nelpon, tidur, atau malah cabut kluar kantor, gpp donk kalau ngisi waktu luang sama hal-hal yang ada manfaatnya meskipun ga seberapa??

Be smart use social media
Hanya ngoceh, kalau ga nyambung atau ga ngerti abaikan