Dya Iganov

Tampilkan postingan dengan label NGOCEH. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label NGOCEH. Tampilkan semua postingan

Rabu, 23 Oktober 2013

KEREN (HEBAT) KALAU.......

Yang ditemuin selama ngaprak jalur yang medannya luar binasa & orang hebat yang buang egonya untuk cepat sampai puncak demi temannya juga sampai di puncak
HEBAT
Kadang suka geli sendiri klo dengerin percakapan kurang lebih kaya gini:
"Si A keren loh, dia masih muda, umur belum 30 tahun udah selesai kuliah S3 di salah satu universitas bagus di luar negeri & sekarang dapat tawaran kerja di salah satu perusahaan asing terkenal disini (Indonesia). Terus ada lagi temen saya sekarang dia jadi dosen di salah satu kampus ternama, dulu dia kuliah S2 di kampus ternama di luar negeri. Teman SD saya dulu sekarang sedang kuliah S3 di Jerman, udah mau lulus"

Blaaass.....

Dalam tulisan ini, karena hasil pemikiran saya, jadi boleh donk kalau saya anlogikan "Keren" itu sama maksudnya dengan "Hebat" -maksa dikit :D

"Keren" sebenernya indikator "Keren" itu hanya terbatas sama kemampuan seseorang untuk meraih posisi tertinggi dalam jenjang pendidikan formal sajakah? kalau memang begitu, seorang wirausaha yg punya "cap" sukses di bisnisnya, kekayananya melebihi kekayaan pejabat-pejabat daerah itu ga bisa dibilang "keren" yah? hemmm...

Please be wise use word "Keren" dan mengkategorikan seseorang itu tidak keren . Karena menurut saya pribadi, penilaian itu tergantung cara pandang masing-masing. Menurut saya pribadi, saya menganggap seorang eksekutif muda, sukses dibidangnya & berhasil meraih posisi tertinggi di jenjang pendidikan formalnya itu... oke, keren, tapi biasa. Sirik? jelas bukan! Hey, lagipula saya sama sekali ga ada ambisi atau jadi suatu target dalam hidup harus bisa meraih gelar S3, S4, S5 dan Es-es lainnya.

Buat saya pribadi, seorang dengan tingkat pendidikan yang standar, bahkan lulus SMP pun tidak, tapi dia punya segudang pengetahuan yang tidak banyak orang tahu, punya kreatifitas, punya tingkat sosialisasi & adaptasi dengan tempat baru yang tinggi, baru saya bilang KEREN! Menurut saya, ilmu sebanyak apapun, sebaru apapun kalau hanya teori tanpa aplikasi buat apa? kalaupun sampai meraih gelar Profesor tetapi aplikasinya hanya terbatas selama jenjang waktu untuk mencapai gerlar Profesor saja & ketika dituntut untuk beradaptasi dengan lingkungan "asing" dan akhirnya kewalahan karena selama ini hanya terfokus pada apa-apa saja yang ada dalam "jalan menjadi Profesor biar keren", hei, sayang sekali kehidupanmu!

Kalau didunia perkuliahan, oke kita mungkin akan mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan dengan lebih "terjamin" dan juga akan mendapatkan hak kita berupa penilaian balik oleh sang pemberi pengetahuan dari hasil berupa tugas, paper, laporan, penelitian, dan apapun itu sebutannya. Lantas, apakah seseorang yang langganan mendapat nilai E, bahkan F dalam bidang eksak itu akan langsung mutlak dicap "Tidak keren". Jangan-jangan memang hitungan, rumus, dan aplikasi perhitungan itu bukan dunianya! Jangan-jangan bila dia disuguhkan issu mengenai pertumbuhan ekonomi atau bencana alam yang ada, analisis dan pendapatnya bisa lebih meyakinkan & lebih "baru" dari yang sudah-sudah? jadi, apakah seseorang dengan penilaian bidang eksak dianggap "tidak keren" tetapi di bidang lainnya merupakan "aset" ini bukan orang "keren"??

-Si A keren lulusan jurusan Teknik Informatika kampus ternama dan sekarang jadi pegawai sebagai programmer perusahaan multinasional ternama dengan gaji bukan kurs Rupiah
-Si B keren, lulusan jurusan bisnis manajemen yang terkenal mahal dan sekarang punya usaha sendiri yg juga sukses
-Si C keren, dia lulusan ilmu hukum internasional dan mewakili Indonesia dalam perjanjian/perundingan/diskusi tinternasional
-Si D keren dia seorang pengamat sosial yang sering dimintai pendapat dan analisisnya di perkuliahan umum ataupun media-media terkait issu yang sedang ada
-Si E keren, dia seorang lulusan SMK dan sekarang dengan pekerjaannya dia sudah keliling hampir setengah Indonesia dan mendapat banyak hal yang bahkan Presiden pun belum tentu bisa se-detail itu (oke, lebay dikit)
-Si F keren dia seorang lulusan S1 & sekarang dia kerja serabutan tetapi hampir semua berita/issu tentang berbagai hal di Indonesia dia tahu (istilah kerennya , ga ketinggalan berita)
-Si G keren, dia cuman seorang lulusan SD & sekarang dia pemilik perusahaan jasa transportasi yang cukup terkenal bahkan sudah buka cabang di beberapa kota di Indonesia
HEBAT 2
HEBAT 2
Dan ilustrasi orang-orang keren lainnya.

Sebenarnya yg bisa jadi ukuran "keren" -untuk saya pribadi- yg bisa dikatakan mutlak sebagai indikatornya hanya 2, seberapa besar usahanya & seberapa dekat dia dengan Sang Penciptnya, hal lainnya diluar itu, sangat relatif.
Jadi,kalau ada yang bilang supir Elf itu bukan orang "keren", bisakah kamu nyetir ELF dengan medan luar binasa dengan bermacam-macam jenis muatan dan beban mobil, waktu tempuh yang cukup lama dan harus siap bersahabat dengan segala macam cuaca & hambatan di jalan dan tentunya tanggung jawab nyawa manusia di tanganmu?

-Hanya Ngoceh, Abaikan-
HEBAT 3
HEBAT 3

Selasa, 22 Oktober 2013

“NO FACEBOOK DURING WORK HOUR” (?)

Klo inget selewat isi materi seminar tadi siang, kurang lebih tentang Geowisata, ada 1 kalimat yg mungkin bisa bikin sedikit “bernafas” untuk ber-FB-an di waktu kosong di kantor. Ya intinya (klo tepatnya apa kalimatnya, ya saya lupa >.<) saya simpulin pakai bahasa sendiri jadi kaya gini:

-Jaman sekarang teknologi sudah makin canggih, penyebaran informasi mengenai suatu objek wisata (khususnya yg berkaitan dengan Geologi) semakin mudah. Salah satunya melalui sosial media: Fb, twitter, instagram dll. Jadi, media sosial-media sosial punya peranan lebih dari hanya sekedar menginformasikan “aduh, pusiiing”, “bosan deh” dll. Tergantung pintar-pintarnya kita memanfaatkan kemajuan teknologi itu untuk apa, apakah akan dimanfaatkan sebagai alat untuk menambah wawasan dan berbagi informasi, atau hanya sebagai tempat untuk hal-hal yang sifatnya sehari-hari saja-

 Kalau saya sih, selama ini mainan FB memang untuk nyari-nyari info & kasih informasi tentang tempat-tempat yang bagus yg masih belum dikenal orang banyak. Salah satu fitur FB yg cukup membantu saya untuk hal-hal demikian fitur Grup FB. Terlepas dari banyaknya media sosial & kemajuan teknologi gadget-gadget dan kawan-kawannya yang juga punya fitur serupa, kali ini saya hanya bahas media sosial yang pertama kali saya gunakan untuk hal lain selain hiburan dan hal-hal lain yang sifatnya “kegiatan sehari-hari”. Grup FB yang saya ikuti ga lain ga bukan 1 dan beberapa grup lainnya yang isinya orang-orang yang memang hobi -bahkan keracunan- jalan-jalan. Jalan-jalan disini punya maksud yang luas, bukan jalan-jalan sekedar keliling kota ga jelas, tapi juga termasuk misalnya naik gunung, main ke pantai, kemping di pulau, touring, caving, rafting, dll semuanya ada di 1 & beberapa grup yang saya ikutin di FB.

Awal-awal sih ya cuman ikut-ikut aja ajakan-ajakan dari temen yang sebagian besar malah belum tau mukanya kaya apa, siapa si A, si B dll, lama-kelamaan beberapa teman ini mungkin perlu 1 “wadah/tempat” untuk bisa komunikasi di media sosial yang lingkupnya jauh lebih “luas dan bebas” dibandingkan pakai HP (pada jaman itu). Wadah/tempat ini ya ga lain & ga bukan adalah fitur “Group” di FB. Makin banyak yang gabung, makin banyak juga temen-temen yang posting” entah itu foto, catatan perjalanan, event invitation ataupun hanya sekedar bertanya tentang 1 objek wisata. Tapi memang tidak semua orang bisa/cocok dengan aktivitas suatu grup ataupun jenis kegiatan yang mereka adopsi sebagai ciri khas grup mereka dan lebih memilih untuk menggunakan fitur lainnya “page” ataupun mungkin di akun pribadi untuk menyajikan informasi-informasi yang berkaitan dengan Travelling.

Selain media untuk berbagi & mencari informasi, untuk saya pribadi FB juga sebagai media untuk belajar. Belajar? yap, belajar dari materi yang berhubungan dengan bidang keilmuan kaya di sekolah atau di perguruan tinggi, belajar tentang apa-apa saja yang harus, tidak boleh, sesuai, tidak sesuai berkaitan dengan berbagai macam Travelling yang ga didapet di jenjang pendidikan formal, media untuk diskusi hal-hal umum (bukan gosip artis pastinya) untuk membuka wawasan dan mengasah kemampuan untuk menyimak dan mengutarakan pendapat dengan benar bukan hanya asal nyeplos. Kenapa? karena teman diskusi kita pun ga jarang adalah “Orang asing” yang kita sendiri saja ga tau nama aslinya siapa, tinggal dimana, jangankan kita tau sifat & wataknya, mukanya aja kita ga tau, makanya kalau diskusi semacam ini secara ga langsung menuntut kita buat mencari sendiri informasi terkait bahan diskusi yg akurat ditambah dengan pengetahuan kita di bidang keilmuan dan bidang pekerjaan yang kita tekuni yg terkait topik diskusi. Intinya, biar ga malu-maluin asal nyeplos gitu aja. Dari nyimak diskusi atau terlibat langsung dalam diskusi tersebut, setidaknya kita jadi dapat hal baru, sama dengan belajar kan?

Selain diskusi tentang hal-hal umum, ga jarang juga saya tanya-tanya tentang materi di bidang keilmuan yang dipelajari di jenjang pendidikan formal tetapi tidak saya tekuni, tapi tentunya hanya hal-hal dasar atau hal-hal yang memang ingin saya ketahui saja, tidak mendetail seperti kuliah yang disusun sedemikian rupa pembagian materi dan tingkat pemahamannya dalam suatu kurikulum tertentu, bisa-bisa kabur & pingsan mendadak teman-teman yang kita minta ilmunya :v
Balik lagi ke topik awal, selain fitur “Group” di FB, ada juga beberapa orang yang lebih memilih fitur “Page” ataupun di akun pribadinya untuk memberi informasi mengenai hal-hal yang (untuk bahasannya ini) berkaitan dengan “Travelling” Darimana kita bisa tahu bahwa akun-akun pribadi siapa saja atau “Page” mana saja yang memang rutin memberikan informasi secara jelas dan berkala (aktif memberikan informasi)? Kalau saya pribadi, bersasarkan pengalaman selama ini, semuanya berawal dari fitur “Group” FB yang anggotanya bisa belasan, puluhan, bahkan ratusan. Dari 1 teman yang kita kenal secara langsung ataupun tidak langsung, kita bisa saja dapat kenalan bahkan link kemana saja atau bisa tanya ke siapa saja untuk hal-hal yang berkaitan dengan A, B, C dan seterusnya meskipun kita belum pernah bertemu secara langsung sebelumnya.

Tapi, terlepas dari semua “kemudahan” untuk mendapatkan informasi dan juga bahkan belajar, kita tetap harus mengutamakan sopan santun dan membiasakan untuk berterima kasih. Jangan menganggap karena kita berinteraksi dengan orang-orang yang sebagian besar beum kita kenal secara langsung, lalu setelah kita dapat informasi/ilmu yang kita butuhkan, kita “sudahi” begitu saja tanpa ada basa-basi,  silaturahmi (menanyakan kabar mungkin) ataupun tanpa terimakasih sedikitpun. Tapi, bukan berarti setelah kita mendapatkan informasi dan untuk menjaga silaturahmi kita malah jadi terkesan pecicilan -_-. Begitu juga kalau posisi kita yang menjadi sumber informasi, tidak ada salahnya kan kita tanya dulu untuk kepentingan apa, jangan-jangan nanti disalahgunakan atau kalau ada hal-hal yang tidak diinginkan malah kita yang dicari untuk tanggung jawab -__-. Bila sudah jelas maksud si penanya, kita saring informasi yang memang penting untuk diketahui, hal-hal yang akan tetap menjadi patokan, dan hal-hal/ informasi apa saja yang kemungkinan sudah tidak sama lagi dengan yang kita dapat dahulu supaya yg nanya pun tidak tambah bingung dengan penjelasan kita yang njelimet.

Jadiiii, kalau misalnya di kantor & lagi ga terlalu sibuk tapi saya kesannya kaya buka FB non stop, sapa tau sedang diskusi/rencanain kegiatan/malah lagi memulai suatu kesempatan usaha baru (bisa juga loh) bukan hanya komen sana-sini ga jelas & ngepoin fb orang -__- yaa memang sih ga ada untungnya untuk kerjaan kantor, tapi toh daripada ngepoin orang ga jelas, ngajak ngobrol temen sekantor yg lagi riweuh, nelpon, tidur, atau malah cabut kluar kantor, gpp donk kalau ngisi waktu luang sama hal-hal yang ada manfaatnya meskipun ga seberapa??

Be smart use social media
Hanya ngoceh, kalau ga nyambung atau ga ngerti abaikan

Senin, 02 September 2013

BUKAN UANG ORIENTASI AKHIRNYA

"Mas dari mana?"
"Dari Bandung."

"Kesini dagang?"
"Bukan, sedang menjelajah Indonesia saja."

"Dana dari mana? Sponsor"
"Dana sendiri. Tidak pakai sponsor."

"Wah, berarti modal uangnya banyak ya."
"Ah tidak. Yang harus banyak itu 'waktu' dan harus siap menggembel."

"Terus nanti tujuan akhirnya apa? Dibukukan? Masuk tv? Dapat uang?"
"Tidak juga."

"Keuntungannya apa kalau begitu?"
"Secara materi, aku tidak mendapatkan untung, tapi secara pikiran, wawasanku bertambah. Alasanku simple; Indonesia terlalu besar untuk aku nikmati hanya dari kotaku saja."
Kebanyakan orang mengangguk pura-pura paham tapi sebenarnya tidak mengerti kenapa aku memilih hidup seperti ini, beberapa menggelengkan kepala tanda mereka tergagas untuk melakukan hal serupa. Ah ya sudahlah.
 
Tapi anakku, jika suatu saat kau terlahir ke dunia ini, aku ingin jadi Ayah yang duduk di sebelahmu di hamparan savana, di titik triangulasi sebuah gunung, atau di dermaga sebuah pantai untuk menceritakan masa mudaku yang begitu mencintai negeri ini dengan caraku. Aku harap kau pun akan mencintai negeri dengan caramu sendiri.

-FIERSA BESARI-

Status seorang teman yang bisa dibilang baru kenal dan pertemuan langsung pun bisa dihitung jari. Tapi entah kenapa melihat yang sedang dia kerjakan sekarang rasanya melihat saya dengan segala cita-cita saya. Yap Cita-cita yang sebagian besar, bahkan hampir semua orang digambarkan dengan: "Cita-cita saya menjadi.... bla bla bla" tapi untuk saya pribadi, cita-cita saya adalah "Mengelilingi Indonesia sampai ke pelosok yang paling sulit dijangkau" bukan "menjadi seorang....."

Tapi lagi-lagi, semuanya membutuhkan uang!

-Hanya Ngoceh, Abaikan-

Kamis, 08 Agustus 2013

NIAT ATAU HANYA 'LATAH'???

Sedikit mengutip kata-kata seorang temen "Traveling itu yang paling penting niat"
Yup, bener juga, klo udah niat, mau sejauh apapun pasti didatengin, budget berapapun pasti disanggupin, waktu selama apapun pasti diatur, akses se-susah apapun pasti dijabanin, tempatnya antah-berantah seklalipun pasti dicari, ga ada temenpun, berangkat sendiri juga jadi. Menurut saya, itu yang namanya bener-bener niat travelling. Bukan hanya karena 'latah' liat foto atau ulasan singkat tentang 1 objek wisata. Setelah liat-liat foto, baca keterangannya ini-itu, giliran baru sampe lokasi & cara sampai di tempat tujuan aja udah keluar komentar "ini dimana?", "wah, jauh yah!", "waduh, jalannya jelek banget, parah banget sampe harus trekking 1 Km!" dan lain-lain.
Harus Melipir Sungai
Harus Melipir Sungai
Manjat batu kali berlumut super licin
Manjat batu kali berlumut super licin

Maen bongkar-pasang kayu penyangga jembatan
Maen bongkar-pasang kayu penyangga jembatan
Biar mobil bisa lewat
Biar mobil bisa lewat
Jujur, saya kadang kalau mood lagi ga terlalu bagus, suka males juga sama orang yang kaya gitu. Udah heboh ngomentarin bagus, masih bersih, sepi dll, tapi pas udah giliran dijelasin akses & gimana caranya nikmatin tempat itu, langsung diem & raut muka berubah. Kalo udah gitu, ujung-ujungnya maennya ke tempat yang itu-itu lagi, yang deket, akses gampang, fasilitas banyak dll saya? tepok jidat aja deh sambil mundur melipir perlahan :p
Lumpur udah kaya sepatu saking tebelnya
Lumpur udah kaya sepatu saking tebelnya
Buka jalur, nyasar, malah nemu gua
Buka jalur, nyasar, malah nemu gua
Mobil slip sampe harus ditarik & diderek sampe pulang
Mobil slip sampe harus ditarik & diderek sampe pulang
Kadang suka gemes juga, hey, ini Indonesia bukan negara-negara Eropa yang puncak gunung yang ada saljunya pun bisa dijangkau pakai kendaraan bermotor sampai titik tertentu! Di Indonesia sih Ibu Kota negara aja jalannya bolong-bolong & banjir, gimana ke daerah pelosok coba???
Klo udah kaya gini, mau pergi ke satu tempat bener-bener harus 'seleksi' orang. Karena ga semua orang bisa & cocok pergi dengan gaya saya. Jadi, bukannya saya sombong ga pernah ngajak atau apa, tapi saya sih lebih mikir kedepannya,ini sepaham ga yah? Jadi kalau ngajak partner yang ga sepaham, bisa-bisa bubar tengah jalan dengan oleh-oleh muka ditekuk kaya meja setrikaan.
Ujan super deres non stop 6 jam, longsor, banjir, ampir masuk ke sungai, jembatan ambruk cman kayu doank, jalan butut
Ujan super deres non stop 6 jam, longsor, banjir, ampir masuk ke sungai, jembatan ambruk cuman kayu doank, jalan butut
Trek lumpur yang bikin stuck
Trek lumpur yang bikin stuck

Kluar masuk desa sampe akhirnya mentok & harus puter arah
Keluar masuk desa sampe akhirnya mentok & harus puter arah
8 Hari di mobil muterin Pulau Jawa
8 Hari di mobil muterin Pulau Jawa
Klo emang udah niat, dalam perjalanan harusnya kita bisa pakai kendaraan & hanya perlu trekking 15 menit tpi kenyataannya ada 1 dan lain hal kita harus trekking 2 jam, klo emang udah niat, udah sampai sana & segala kondisi memungkinkan, kenapa ngga??? malah kadang kalau kondisi ga memungkinkan pun dijadiiin memungkinkan klo udah niat mah, gimana weee caranya, kreatifitas & ide-ide konyol bermunculan disini (tapi tetep merhatiin faktor keselamatan juga yah). Nah, klo perginya sama tipe 'tuan puteri'?? baaah, bisa-bisa saya tinggal orang itu di tempat klo kebanyakan rewel -___-
Baru Pembukaan
Baru Pembukaan
Tepar terkapar dirumah siapapun yg dikenal sepanjang jalan
Tepar terkapar dirumah siapapun yg dikenal sepanjang jalan
Tapi klo emang niat sih asik-asik ajah
Tapi klo emang niat sih asik-asik ajah
Malahh nambah pengalaman & skill outdoor
Malahh nambah pengalaman & skill outdoor

Yang pasti dapet pengalaman & moment xlusif yg ga semua orang alamin
Yang pasti dapet pengalaman & moment xlusif yg ga semua orang alamin


Rabu, 03 Juli 2013

IS THIS THE BEST IT GETS?

Kadang, hidup itu tidak adil

Ketika sudah mempersiapkan suatu rencana jauh-jauh hari dengan matang tapi begitu tiba waktunya harus berbenturan dengan hal lainnya, yang paling berat adalah berbenturan dengan masalah kerjaan,.

Kecewa? jangan tanya! tapi mau apa lagi? harus ditelen bulet-bulet semuanya. Ga ada yang peduli! Hanya beberapa orang yang tau & pernah merasakan hal yang sama yang bener-bener tulus bilang "sabar ya, sayang banget" selebihnya hanya nganggep "udahlaaah, kaya ga bisa pergi lain waktu aja"

Hei, ini bukan masalah waktu cadangan, ini masalah moment-momentnya. Bahkan untuk mengulang pergi ke 1 tempat dengan orang yang sama persis pun, moment yang didapet bakalan beda dari yang pertama, dan moment itulah penyesalan terbesar saya kalau gagal ngejalanin suatu rencana yang sudah ditunggu-tunggu. Meskipun saya bisa saja "balas dendam" tapi tetep, moment itu bakalan hilang & ga akan pernah saya dapatkan.

Kalau sudah kaya gini, saya bisa apa? paling saya meng-ekspresikan kekecewan saya dengan diam. Yah, kadang diam bisa jadi suatu bentuk ekspresi ataupun "pembalasan" yang paling menyakitkan dibanding dengan "pembalasan" secara visik maupun verbal.

Kadang juga saya berfikir

Kalau saja saya ga perlu repot-repot kerja dan hanya tinggal pergi kemanapun saya suka tapi tetap bisa hidup & punya masa depan cerah seperti orang-orang yang bekerja keras, tapi aah, mana mungkin.

Kadang hidup itu tidak adil

Ketika kita bersusah payah mencari pekerjaan yang kita inginkan setengah mati sampai akhirnya mengalah dengan mengambil "batu loncatan" tapi ada orang lain diluar sana dengan mudahnya mendapatkan pekerjaan yang kita impi-impikan.

Ketika kita bersusah payah mengatur waktu agar rencana bepergian bisa berjalan lancar tanpa mengganggu rutinitas sehari-hari, adaaa saja hal-hal yang harus buat kita "berkorban" malah ditambah dengan ceramahan dengan embel-embel "ini saatnya belajar dewasa, bisa memilih mana yang prioritas, bisa mengalah terhadap ego, belajar ikhlas, belajar bertanggung jawab, dan bla bla bla lainnya" dan hei, apa bisa merasakan apa yang saya rasakan???

Jangan bilang bisa mengerti perasaan saya kalau belum pernah travelling dan belum pernah ada di posisi saya sekarang! Karena saya adalah orang yang percaya ga ada satupun orang yang bisa memahami "gimana rasanya" seseorang itu, kalaupun pernah ada di posisi yang sama, kadar bisa merasakan "gimana rasanya" mungkin hanya 5% saja.

Marah, kecewa, sebel, benci, bahkan dendam bisa saja muncul kalau sering mengalami keadaan seperti ini. Tapi apa mau dikata...... Kadang hidup itu  tidak adil....

Disaat kita punya banyak waktu dan teman-teman yang siap menemani untuk bertualang ke tempat-tempat baru, materi menjadi hambatan. Tidak sewajarnya kalau terus-terusan meminta.
Disaat kita sudah punya pemasukan sendiri, waktulah yang menjadi masalah. Berbenturan dengan tanggung jawablah, dengan kewajiban lainnyalah dll.

Itulah mengapa saya sampai saat ini masih terkesan idealis dengan melakukan apapun demi travelling tapi tidak untuk urusan kerjaan diluar jamnya. Ya, karena sekarang saya sudah yakin dengan passion saya (yg dulu sempat menjadi pertanyaan ketika interview di tempat kerja saya sekarang), ya, passion saya adalah........

Bertualang, eksplore tempat-tempat yang baru tanpa batasan waktu, tanpa keterikatan apapun, tidak dibawah perintah siapapun, tanpa pamrih apalagi yang berbau materi.

Dan kadang hidup itu tidak adil, karena mempertemukan kita dengan orang-orang berfikiran sempit yang tidak bisa menghargai perbedaan hobi & pemikiran strategi untuk jadwal rutinitasnya.
Kadang kita malah ditempatkan di lingkungan yang sudah jelas sama sekali bukan yang kita inginkan, tidak mencerminkan identitas kita, tempat yang malah membuat pemikiran untuk "kabur" semakin kuat & dominan

Kadang hidup itu tidak adil....

Harus membunuh ego, ambisi, dan idealis untuk kembali bergabung dengan mereka-mereka yang selama hdupnya bahkan hanya tau Indonesia itu hanya sebatas Pulau Jawa demi mendapatan suatu benda mati yang bernama uang, untuk melancarkan/melaksanakan mimpi-mimpi dan harapan yang jauuuuh dipendam dalam kenangan,

Kadang hidup itu tidak adil

Disaat kita butuh seseorang untuk berbagi justru disanalah kita harus bersusah payah mencari siapa yang benar-benar ada, disaat kita butuh bantuan, disanalah justru kita malah harus mengeluarkan seluruh kemampuan dan mengorbankan waktu kita karena tidak ada seorang pun yang membantu dan mengerti bagaimana sulitnya posisi kita.

Sedikit luapan kekecewaan, atau mungkin ketidaksiapan saya untuk perubahan yang baru terjadi di fase baru kehidupan saya, kehidupan yang dulu bebas, tanpa perintah dari siapapun, tidak mengenal batas waktu menjadi fase kehidupan seorang karyawan yang punya setumpuk tanggung jawab, sedikit-sedikit disuruh ngerjain ini-itu dan akhirnya malah jadi bertabrakan satu sama lain, kehilangan sekian belas jam untuk sekedar bersapa dengan teman lama, menjelajah tempat baru, atau sekedar memberi waktu untuk memanjakan diri sendiri.

Is This The Best It Gets?

MIND YOUR OWN BUSINNESS, GET YOUR OWN LIFE!

"Diam itu emas"

Pepatah yang sudah sering didengar sejak SD, dengan seribu tafsiran.
Buat saya kali ini tafsiran itu bisa diartikan dengan diamlah untuk tidak usil mengomentari urusan orang lain.

Yap, biarpun sudah sering dengar dan sudah termasuk kebal juga dengan komentar yang 1 ini dan juga turunan-turunannya, tapi kalau daya tahan kekebalan sedang tidak stabil, bisa-bisa sosok monster yang selama ini dijaga supaya tetap tertidur bisa bangun. Yap, monster itu bernama mulut.

Kalimat apa?

"Jalan-jalan wae"
 
Turunannya?

"Ga cape?" , "Kerjaannya gimana?", "Ga sayang uangnya?", "Tuh kan sakit, kebanyakan jalan sih."
Dan lain-lain

Okee dan 1 pertanyaan balik yang saya masih simpan rapat-rapat sampai sekarang adalah

"Kenapa? penasaran atau sirik?"

dan dilanjutkan dengan pernyataan

"Ga harus kan saya ngejalanin kegiatan yang sama kaya situ! Harus suka apa yang jadi kesuakaan situ! Saya pun ga mau

maksa situ harus suka sama apa yang saya sukai, jadi ga usah menggurui, komentar berdasarkan opinimu ataupun berusaha ceramah panjang-lebar mengenai apa yang saya lakuin"

Kenapa saya bisa punya pernyataan kaya gitu?

Karenaaa rata-rata orang yang ngeluarin komentar kaya gitu belum pernah atau mungkin salah moment berpergian kaya yang saya lakuin. Jangankan untuk hitungan biaya, nama tempat yang saya sebutpun ga ada 1 pun dari orang-orang kurang kerjaan tadi yang tau dimana letaknya, bagaiman bisa mereka ngerti strategi, persiapan & segala perhitungannya?

Mereka ga tau kalalu mau pergi ke suatu tempat itu harus hitung-hitungan berapa jaraknya, diperhitungkan apa bisa sampai lagi tepat waktu tanpa mengganggu rutinitas kerja, perhitungan jumlah biaya dengan jumlah orang karena selama ini selalu bepergian dengan sistem patungan, harus mencari moda transportasi yang efektif & efisien, harus cari tau tarif dari semua moda transportasi yang digunakan, harus memperhitungkan waktu tempuh & toleransi keterlambatan dari masing-masing moda transportasi yang tersedia, harus punya plan cadangan untuk semua aspek, harus juga memperhitungkan faktor cuaca, trend yang ada sepanjang daerah asal sampai ke tujuan (misalnya ada banjir di lokasi A, perbaikan jalan di lokasi B, longsor di lokasi C, dsb)

Bukan hanya itu, rute yang dilewatin dan nama-nama daerahnya pun bahkan sampai tingkat desa harus hafal urutannya, minimal tau kota besar terdekatnya apa, gimana cara kesana kalau-kalau ada situasi darurat. Dari segi keuangan, well siapapun boleh bilang kalau jalan-jalan itu membuang-buang uang. Tapi, apa bedanya sama orang yang tiap weekend ga jalan-jalan tapi nongkrong di mall, nonton bioskop, atau jalan-jalan ke villa?

Masalah uang itu masalah sensitif, jadi seorang yang hobi jalan-jalan itu adalah orang yang paling disiplin tentang uang. Ya iyalah, kalau dia ga disiplin, mana bisa dia bepergian tiap minggu tanpa harus mengemis-ngemis pinjem uang sana-sini untuk keperluan sehari-harinya? Kalau dia ga dsipilin tentang uang, bisa-bisa batal semua rencana bepergiannya karena uang yang sudah di budget untuk bepergian malah kepake untuk hal-hal lain yang sebetulnya hanya kebawa suasana saja.

Masalah cape, yah semua kegiatan pasti bakal menimbulkan rasa cape kan? bahkan tidur pun bisa bikin cape! Tapi cape untuk suatu kegiatan yang kita sukai rasanya itu adalah resiko yang tidak perlu diributkan. Kalau ternyata orang tersebut akhirnya sakit, jangan sembarangan menuduh gara-gara bepergian yang dia lakukan. Toh coba tengok orang lain, yang tidak suka bepergian, kalau sudah waktunya sakit ya sakit juga, kalau orang yang suka bepergian sudah 2 bulan berturut-turut dia bepergian jauh & kondisi kesehatannya masih fit terus, tandanya belum waktunya dia sakit kan?

Jadi, buat para komentator yang hobi banget ngomentarin orang-orang yang suka bepergian, sebelum melontarkan pertanyaan , cobalah tanya pada diri anda sendiri terlebih dahulu, maksud dari menanyakan pertanyaan itu apakah karena anda penasaran bagaimana mungkin seseorang yang dikenal bekerja di suatu tempat yang terkenal dengan kesibukannya bisa bebas bepergian jauh setiap weekend? hanya asal komentar dan bertanya? atau anda hanya sekedar sirik karena tidak bisa melakukan hal yang sama karena meski 1 lingkungan tapi anda tidak bisa seperti orang tersebut?

TITIK JENUH

WAYANG, WINDU, HARUMAN
WAYANG, WINDU, HARUMAN
Seandainya.....

Tiap pagi itu ga harus terburu-buru ke kantor
Ga harus macet-macetan ke kantor
Ga harus mikirin kerjaan yang udah menanti di kantor
Ga harus nerima perintah ngerjain ini-itu
Ga harus ribet-ribet ngurusin hal yang ga terlalu penting
Ga harus juga ngadepin orang-orang kepo & bawel
Ga harus dengerin ocehan ga penting orang-orang stress
GUNUNG RINGGIT
GUNUNG RINGGIT

Seandainya....

Tiap pagi itu sudah duduk manis di suatu tempat yang tenang menunggu moment sunrise
Tiap pagi itu bebas memilih untuk jogging, renang, atau sepedahan
Tiap pagi itu bisa mengabadikan embun yang naik disinari sinar matahari pagi
Tiap pagi itu ngucapin "Selamat Pagi" ke orang-orang yang tidak terlalu sibuk mikirin dirinya sendiri

GUNUNG BUTHAK
GUNUNG BUTHAK

Seandainya....

Tiap hari itu ga harus kejar target beresin kerjaan demi dapet waktu istirahat yang cukup
Tiap hari itu ga harus nurutin kemauan orang-orang gila uang yang ga pake otak
Tiap hari ga harus ngadepin sejumlah perintah yang ga bisa kompromi dengan mood & suasana hati
GUNUNG MERBABU
GUNUNG MERBABU

Seandainya.....

Tiap hari itu bisa memulai satu petualangan baru ke tempat baru
Tiap hari itu saatnya meng-eksplore tempat-tempat baru di pelosok Indonesia
Tiap hari itu identik dengan petualangan baru ke alam bebas
Tiap hari itu diisi dengan pengalaman berharga yang ga akan didapat dalam rutinitas kerja
SUNSET PANTAI TRIANGULASI 2
SUNSET PANTAI TRIANGULASI 

Seandainya....

Tiap hari itu yang diperlukan adalah suatu pencarian sederhana mengenai tempat baru untuk didatangi
Tiap hari itu yang diperlukan adalah backpack dengan perlengkapan lengkap
Tiap hari itu ga ada yang mengganggu ketika kita sedang asik mengerjakan hal yang kita suka
Tiap hari itu ga harus menghadapi orang-orang yang bisa merusak suasana hati
PURNAMA TELUK HIJAU
PURNAMA TELUK HIJAU

Seandainya....

Tiap hari bisa bepergian kemanapun kita mau tanpa harus memusingkan biaya, izin, dan tanpa batas waktu
Tidak harus susah payah kerja demi biaya travelling tapi juga tidak merepotkan orang tua
Tidak harus bertabrakan antara tanggung jawab dan keinginan
Tidak harus memilih antara punya pemasukan atau punya banyak waktu luang
TEBING SUMBING 2
TEBING SUMBING

Seandaninya.....

Bisa menjalani itu semua tapi juga bisa menjalani kehidupan yang tidak kekurangan, memiliki masa depan untuk penerus kita
SUNRISE KATUMIRI 3
SUNRISE KATUMIRI

Seandainya....

Semua itu bukan hanya khayalan dengan kemungkinan yang sangat keciiilll.....

Selasa, 16 April 2013

TRAVELLING -IT'S BOTH SIMPLE & COMPLICATED-


Kemana? Ada apa disana? Berapa budgetnya?
Mungkin itu hanya 3 dari pertanyaan yang bakalan sering didenger sama orang-orang yang biasa jadi "Kompor Meledug" alias TL (Tour Leader) atow mungkin 3 pertanyaan tadi bisa jadi pertanyaan yang gampang, tapi juga bisa juga jadi pertanyaan yang susah & kadang menyebalkan kalau ditanyain di waktu & jenis travelling yang ga pas. 
Sunset di Kec. Talegong, Kab. Bandung, 10 Februari 2013
Sunset di Kec. Talegong, Kab. Bandung, 10 Februari 2013
Sunset di Kec. Talegong, Kab. Bandung, 10 Februari 2013
Sunset di Kec. Talegong, Kab. Bandung, 10 Februari 2013
Salah satu spot favorit di Desa Balegede, Kec. Naringgul, Kab. Cianjur 19 Januari 2013
Salah satu spot favorit di Desa Balegede, Kec. Naringgul, Kab. Cianjur 19 Januari 2013
Mungkin buat yang sudah kenal saya, travelling buat saya pribadi bukan hanya kegiatan mountaineering (mendaki gunung), tapi semuanya, mulai dari mendaki gunung, kemping ceria, hunting air tejun, mantai, kemping di pantai, nyebrang pulau, offroad, touring sampe cuman nyusurin jalan ga jelas. Kadang touring & offroad juga hanya nyusurin jalan ga jelas, tanpa tujuan, tanpa end point yang jelas dan malah kadang super spontan. Pas lagi berenti, saking penasarannya, tanya-tanya warga sekitar kira-kira sampai mana jalan ini kalau disusur, ada apa saja dll dll. Perhitungan waktu dimulai dari akhir percakapan sama warga dan patokannya pun sesuka hati. Jadi yaaaa kadang hanya dapet nyusur jalan & ngapalin nama-nama tempat yang udah dilewatin atau malah dapet bonus bisa sampe ke 1 objek wisata.
Bahas tentang nyusur jalan, entah kenapa, saya suka sama kegiatan yang 1 ini. Padahal kebanyakan, kalau untuk masalah susur jalur, jaraaaang banget bakalan objek wisata, yang pasti dapet itu cape.  Tapi entah kenapa juga saya sih suka-suka aja.
Awan Kalajengking, Tol Cipularang, 21 Maret 2013
Awan Kalajengking, Tol Cipularang, 21 Maret 2013
Lembah Kec. Nyalindung, Kab. Garut 10 Februari 2013
Lembah Kec. Nyalindung, Kab. Garut 10 Februari 2013

Salah satu spot jalan di Kab, Probolinggo, Jawa Timur, 31 Desember 2012
Salah satu spot jalan di Kab, Probolinggo, Jawa Timur, 31 Desember 2012
Kenapa saya bisa suka?? pertama, faktor turunan kali yah? tapi yang pasti dari kecil saya sudah dikenalin sama yang namanya "perjalanan jauh" Dimulai dari hobi hampir semua anggota keluarga saya yang suka travelling (mulai dari Uyut, Kakek, Nenek, Eyang Puteri, Ade-ade Eyang Puteri, sepupu-sepupu mamah-papah, mamah-papah, sampe sepupu-sepupu saya sendiri). Namanya jalan-jalan sama keluarga pasti ke objek wisata, tapi objek wisatanya juga bukan sembarang objek wisata, langsung dibawa keluar provinsi, malahan nyebrang pulau. Kalau ga salah, nyebrang pulau itu ke Lampung, waktu umur saya 4 taun (kalau ga salah) taunnya?? yaaa silahkan deh itung aja itu taun berapa itu.
Selain emang udah suka dan ada turunan juga, diawal tahun 2010 saya diberi kesempatan buat kenalan lebih jauh sama yang namanya dunia travelling berkat kakak sepupu saya yang memang terkenal TOP banget deh klo urusan travelling (plus didukung sama kegiatan kerja sehari-harinya yang ampir 80% di lapangan & diluar P.Jawa). Dari situ sedikit-sedikit belajar untuk pergi sendiri. Pergi sendiri maksudnya bukan asal pergi aja, tapi juga pergi sendiri dengan perencanaan yang matang, konfirmasi sana-sini, banyak nanya sama orang-orang yang emang udah masternya bikin-bikin racun (ajakan) travelling, sampai akhirnya saya berani untuk bikin yang namanya rincian perjalanan, kalau saya dan temen-temen sih lebih beken nyebutnya "Itin".
Gunung Slamet, Kab. Purbalingga, Jawa Tengah 1 Januari 2013
Gunung Slamet, Kab. Purbalingga, Jawa Tengah 1 Januari 2013
Curug Cibadak, Kec. Cihurip, Kab. Garut, Jawa Barat, 15-16 Desember 2012
Curug Cibadak, Kec. Cihurip, Kab. Garut, Jawa Barat, 15-16 Desember 2012

View Kec. Cisompet, Kab. Garut, Jawa Barat 15-16 Desember 2012
View Kec. Cisompet, Kab. Garut, Jawa Barat 15-16 Desember 2012
Bikin itin itu gampang-gampang susah. Ya, gimana ga susah, kita harus tau minimal nama-nama tempat yang bakal dilewatin sampe tingkat kecamatan deh. Lebih bagus lagi sih sampe tingkat Desa lengkap sama urutan rute-rutenya, nama terminal, alternatif pilihan transportasi dan yang paling penting adalah perkiraan lama perjalanan. Budget? itu penting tapi berhubung saya bukan agen travel, jadi konsep budgetingnya patungan. Makin banyak yang ikut, makin sedikit biaya yang harus dikeluarin.
Sistem patungan ada plus ada minusnya juga sih. Plusnya sih secara biaya bisa lumayan diteken abis, tapi dari segi ketepatan, baru bisa fix berapa uang yang harus dibawa minimal H-5. Patungannya sih macem-macem, kalau ke pantai biasanya transport, penginapan, masuk objek wisata yang memang dihitung per kendaraan/grup dll. Kalau pendakian sudah pasti moda transportasi dari terminal terakhir sampai basecamp/jalur pendakian, logistik, porter (kalau ada),dan biasanya patungan untuk basecamp.

Sistem patungan juga memungkinkan pemilihan moda transportasi sesuai dengan budget & ketersediaan waktu kita. Kalau yang ada budget lebih & waktu mepet, bisa pakai pesawat sampai meeting point, soalnya ongkos pp dari & ke meeting point ditanggung pribadi. Kalau budget minim tapi waktu banyak, bisa juga ngeteng-ngeteng naik bis atau kereta. Jadiiiii, kalau ada tawaran dari orang yang biasa pake sistem budgeting patungan, nanya "berapa budgetnya" siap-siap ga dapet jawaban hohoho. Buat ngakalinnya, paling aman sih itung aja biaya pribadi kaya ongkos pp, kira-kira mau beli makanan/minuman pribadi macemnya apa aja, dan keperluan dadakan lainnya macem pulsa, alat mandi yang ketinggalan, alat lenong yang ketinggalan, dll. Atau kalau yang sudah biasa jalan sih biasanya sudah tau budget minimal (ongkos+pribadi+dadakan) tiap wilayah. Misal, untung naik gunung daerah Jawa Tengah dan sekitarnya maksimal 200rb ditambah ongkos, untuk ke pantai biasanya 400-500rb sudah termasuk ongkos, untuk Jawa Timur dan Lampung ampir sama 500-600rb sudah termasuk transport pp, dll dll dll kecuali kalo dapet promo, lebih untung lagi itu sih.

Lembah Kec. Nyalindung, Kab. Garut, Jawa Barat 10 Februari 2013
Lembah Kec. Nyalindung, Kab. Garut, Jawa Barat 10 Februari 2013
Sunset Merbabu 3142 mdpl via Selo 23-24 Maret 2012
Sunset Merbabu 3142 mdpl via Selo 23-24 Maret 2012
Salah satu spot view Kec. Rancabali, Kab. Bandung, Jawa Barat 19 Januari 2013
Salah satu spot view Kec. Rancabali, Kab. Bandung, Jawa Barat 19 Januari 2013
Ranu Kumbolo, Gn. Semeru 3676 mdpl, Malang-Lumajang, Jawa Timur 17-21 Mei 2012
Ranu Kumbolo, Gn. Semeru 3676 mdpl, Malang-Lumajang, Jawa Timur 17-21 Mei 2012
Balik lagi sama ritual jalan-jalannya, ada beberapa temen yang hanya pergi travelling naik gunung saja, ada juga yang emang kecanduan sama pantai & diving, ada juga yang ga takut ambil resiko dll. Ambil resiko maksudnya, tempat yang dituju akses (dari segi moda transportasi, lama perjalanan, jarak dari kota kecamatan, kondisi jalan,dll) susah jadi ada resiko harus siap ilang waktu lebih untuk istirahat setelah travelling beres, atau berangkat lebih cepet dari biasanya, tidur secukupnya selama di perjalanan, itung-itungan buat makan (takutnya sepanjang perjalanan minim banget warung nasi), atau malah molor se-molor-molornya dari itienarary "itin" yang udah dibuat. Yang bikin molor bisa macem-macem, dari mulai ngaret orangnya, lelet transportnya, mogok, macet, rusak mesin, imbas dari kekacauan sebelumnya (untuk kereta & pesawat biasanya), akses yang mendadak jadi tambah susah (ternyata ada longsor, banjir, ditutup untuk keperuan khusus masyarakat sekitar, susah cari carteran, re-packing & isi amunisi, sampai temen yang ketinggalan di meeting point saking ribetnya & harus balik lagi haha, dan masalah-masalah tak terduga lainnya.

Selama saya jalan sih, mayoritas orang-orang yang kenal selama kegiatan travelling orang yang udah aga "stress" juga, jadi klopun molor ya gpplah, namanya juga kejadian tak terduga, mending nikmatin perjalanannya daripada ngedumel & meng-analisis sepanjang jalan "ini kan harusnya gini, harusnya gitu, coba kalau tadi gini, gara-gara si itu sih dll" beuuuh ga cape apa? udah mah tempat tujuan juga jauh ditambah ngedumel, sayang banget energinya. Tapi klo kasusnya pergi dengan cara "kabur" pas minta izin, itu sih beda lagi ceritanya. Tapi inti dari semuanya sih kalau udah berani mutusin buat ikut 1 acara/kegiatan harus siap juga sama kondisi terburuk & resikonya nanti apapun itu. Kalau ada yg gemes & pengen ngedebat dengan cap "ga ngerti sih situasinya" yaaa sama, saya juga ga ngerti situasi pas hari H bakalan kaya gimana, bakalan ada kejadian apa, kalaupun disuruh tanggung jawab, ya silahkan, tapi pasti semuanya bakalan balik ke diri sendiri juga, ujung-ujungnya ya tetep repot juga, ditambah lagi, saya juga termasuk yang suka "kabur" jadi tau persis kaya gimana situasinya (jangan dicontoh, asli, seriusan, jangan deh pokonya).

Dari beberapa pengalaman travelling yang pake tambahan waktu, buat ngelaksanain kegiatan travelling yang sifatnya susur jalan atau explore masih belum bisa buat ngajakin secara terang-terangan, maksudnya dibikin event invitation khusus. Balik lagi sama kegiatannya yang hanya nyusur jalan, kaya yang udah sedikit dibahas diatas, ga semua orang bisa enjoy dengan kegiatan yang 1 itu. Yang udah jelas itin, biaya patungan, rute, sama estimasi waktunya aja masih besar kemungkinan untuk ada penambahan biaya, dan kejadian tak terduga lainnya, apalagi yang sifatnya nyusur jalan. Nyusur jalan ala saya sih bener-bener jalan, ikutin kemana jalan, kemana feeling ngebawa kita, tanpa ada tujuan diujung jalannya. Satu-satunya tujuan yang ada cuman rumah!!! Kalau masalah "kemana" harap jangan tanya, saya aja ga tau bakalan sejauh mana saya susur & bakalan terdampar didaerah mana pada saat-saat terakhir harus pulang.

Krakatau Trip, Kalianda, Lampung 14-15 Juli 2012
Krakatau Trip, Kalianda, Lampung 14-15 Juli 2012
Berapa budgetnya? waduh, yang ini sih sama galaunya, kalau saya bawa cas 100.000, kenapa? mampunya segitu, kalau 50.000 kalau pake mobil, kurang banget yah, klo 100.000 seengganya masih ada dana patungan (biasanya sih untuk bensin aja). Biaya makan? bayar masing-masing & cari semuraaaah tapi sekenyang & se-ber-gizi mungkin. Buat tidur?? belum pernah sih nyusur sampe 2 hari 1 malam, biasanya 1 day non stop dari subuh smpe menjelang subuh lagi biasanya.Tapi kalau dikondisi kepepet ya mungkin tidur, tapi di mobil, atau malah ga berenti untuk itirahat sama sekali. 

Alasan lain kenapa saya ga pernah ngajak orang banyak-banyak yaitu kalau mau susur jalan harus punya fisik yang kuat. Ya, ga hanya naik gunung aja yang harus nyiapin fisik kuat, susur jalur juga sebaiknya harus punya fisik yang kuat & ga dalam kondisi sakit, soalnya bakalan kurang atau malah ga pake tidur sama sekali alias begadang. Kaya pengalaman waktu ke Banyuwangi dari Bandung pake mobil. Liat di peta aja udah jauh ya, apalagi ngebayangin harus ber-hari-hari didalem mobil. Yap, dari Bandung non stop ke Kediri dan hanya 1 orang yang nyetir, untungnya temen saya yg 1 itu udah ga diragukan lagi fisiknya. Akhirnya Bandung-Kediri pergi hari Senin malam tanggal 24 Desember & baru mendarat di bantal lagi hari Rabu subuh tanggal 26 Desember. Sebenernya hari Selasa malem tanggal 25 Desember udah sampai di Kediri, tapi bener-bener ngabisin tenaga, jadilah tengah malam buta keliling Kediri sampai subuh. Total perjalanan sampai ke rumah lagi 8 hari dengan 2x perjalanan non stop Bandung-Kediri & Blitar-Banyuwangi via Dampit (Lumajang).
Purnama Teluk Hijau, TN. Meru Betiri, Kab.Banyuwangi, Jawa Timur, 28 Desember 2012
Purnama Teluk Hijau, TN. Meru Betiri, Kab.Banyuwangi, Jawa Timur, 28 Desember 2012
Lainnya, susur jalur (sebenernya salah jalur) dari Kec. Pancatengah-Kertamukti-Kalapagenep-Sindangjaya-Cikalong-Cidadap-Sindangkerta-Cipatujah-Bantarkalong-Kawalu-Tasikmalaya-Ciawi-Malangbong-Limbangan-Nagreg-Cicalengka-Rancaekek-Bandung non stop 2 mobil start jam 3 sore hari Minggu, sampai Bandung hari Senin jam 3 subuh dengan 1 orang yang nyetir di masing-masing mobil. Pernah juga touring susur start Garut - Rancabuaya - Cikelet- Pameungpeuk dengan rute pulang dari Pameungpeuk - Cikelet - Rancabuaya - Cidaun - Naringgul -Rancabali - Bandung, sisanya touring dengan rute muter. Terakhir susur jalur lintas tengah Sukabumi - Pabuaran - Sagaranten - Cidolog-Tegalbuleud-Agrabinta-Sindangbarang-Tanggeung-Pagelaran-Cipelah-Rancabali-Bandung dan total dijalan, ga pake berenti dari pagi sampai tengah malem dengan ga ada 1 objek wisata pun yang saya datengin, hanya lihat apa yang bisa keliatan disepanjang jalan.

Sunset Cipularang, 21 Maret 2013
Sunset Cipularang, 21 Maret 2013
Mungkin buat mayoritas orang, bahkan yang punya hobi travelling sekalipun, hal yang pertama terlintas adalah "ngapain??" tapi buat saya pribadi justru itu nila tambah dari travelling. Ya, liat secara langsung kondisi di wilayah yang jauh dari keadaan sekitar kita sehari-hari. Ditambah lagi lingkungan perkuliahan saya dulu dan lingkungan kerja yang sebelumnya memang sering membahas masalah ketimpangan wilayah lengkap dengan data nama-nama daerahnya.

Dari kegiatan travelling inilah, saya bisa liat langsung kondisinya, apakah benar seperti yang dinarasikan? apa hanya modal copas dari laporan sebelumnya? Ikut ngerasain gimana susahnya warga sana kalau mau kemana-mana. Jangankan tempat makan macem cafe atau mall yang berserakan di kota-kota besar, angkutan umumpun ga ada! Dan masih banyak lagi hal yang bisa saya pelajari dari sekedar susur jalur.

Sunset Puncak Tampomas 1900 mdpl 18-19 Februari 2012
Sunset Puncak Tampomas 1900 mdpl 18-19 Februari 2012
Sunset Puncak Tampomas 1900 mdpl 18-19 Februari 2012
Sunset Puncak Tampomas 1900 mdpl 18-19 Februari 2012
Setidaknya kalau di kota asal saya yang sudah terkenal karena kemacetan, kesemrawutan moda transportasi, tingkat pelayanan prasarana dan sarana jauh dibawah kata rendah, kelakuan ajaib pengguna jalan dll, ternyata masih ada diluar sana yang kalau jalannya ga longsor kalau diguyur hujan biar hanya 1 jam saja sudah bersyukur. Kalau ada tetangga yang baik hati mau meminjamkan mobilnya (bukan mobil mewah, tapi hanya pick up untuk mengangkut hasil panen) saja sudah lebih dari cukup, padahal masih harus berbagi tempat duduk dengan penumpang lain dan menempuh jarak beberapa jam untuk sampai ditempat tujuan, belum lagi kalau cuaca lagi terik-teriknya atau hujan dll dll.
Jembatan Cikamuning, 10-11 Agustus 2012
Jembatan Cikamuning, 10-11 Agustus 2012
Jangan hanya melihat kegiatan travelling sebagai kegiatan refreshing yang sedikit hura-hura karena mengeluarkan jumlah Rupiah -bahkan mata uang selain Rupiah- yang cukup besar & bisa digunakan untuk keperluan lain, ada juga ko manfaat dari kegiatan travelling & kegiatan outdoor yang malah memberikan kita pelajaran & pengalaman yang bahkan ga bisa dibeli dengan uang.

Jadi, jangan pernah lelah untuk mengenal Indonesia secara luas atau lingkungan sekitar untuk skala lebih kecil, karena "Jika tak kenal, maka tak sayang" berlaku. Malah slogan "Kenali Negerimu, Cintai Negerimu" adalah slogan resmi untuk bidang pariwisata di Indonesia oleh Kemenparekraf (dulu Kemenbudpar).

Jembatan Cikamuning, 10-11 Agustus 2012
Jembatan Cikamuning, 10-11 Agustus 2012