Ngaprak
itu, kalau digambarkan jadi semacam menyusuri, meng-eksplor, mencari
tahu secara langsung. Untuk kali ini ngaprak yang dimaksud adalah
ngaprak jalur, jadi ya mencari tahu tentang satu jalur berdasarkan rasa
penasaran saja, tidak ada tempat tujuan spesifik, tempat tujuannya ya
jalur itu sendiri. Untuk saya ngaprak jalur selama ini lebih sering
pakai motor, karena jalur yang saya lewati termasuk daerah yang "antah
berantah" jauuuuh dari mana-mana, bahkan untuk ke kota terbesarnya pun
ada yang memerlukan waktu 6 jam, apalagi kalau harus ke Bandung.
Jadi,
ngaprak jalur ini entah darimana saya dapatkan, selain dari kecil saya
sudah kenal dengan yang namanya travelling, untuk travelling yang lebih
spesiifik kali ini, saya sendiri entah dapat darimana, yang pasti kalau
pergi ke suatu tempat, pasti saya penasaran dengan jalan yang tidak saya
lewati.
Rasa
penasaran saya semakin didukung dengan pengetahuan-pengetahuan yang
saya dapat dari dunia travelling, seperti bagaimana caranya mendapatkan
informasi, ada objek-objek apa saja didaerah tertentu, bagaimana caranya
mengkoordinir agar bisa pergi ke tempat tersebut tanpa harus pergi
sendiri, apa saja hal-hal yang sangat penting untuk masalah keselamatan
dan keamanan. Secara tidak, langsung juga saya jadi belajar lebih
mengenal daerah itu mulai dari lokasinya, berapa jalur untuk menuju
tempat itu, mencari waktu yang pas untuk pergi berdasarkan membaca musim
dan karakteristik di wilayah sana apakah termasuk daerah kering atau
sering hujan, kapan kabut turun, titik rawannya ada dimana saja
berdasarkan pembacaan peta kontur, menghafal daerah-daerah yang bisa
dijadikan patokan, bahkan sampai mempelajari daerah tersebut dari segi
ekonomi, geografi, dan geologi yang lebih mendetail meskipun baru
beberapa bulan terakhir ini saya mempelajari hal tersebut. Tapi yang
terpenting dari semuanya adalah niat.
Kenapa
niat? namanya saja sudah ngaprak jalur, jadi ya harus benar-benar niat
untuk menyusur dari satu titik ke tempat akhir dari ngaprak ini yang
fix-nya tergantung semua faktor yang ditemui pada saat itu juga,
misalnya ngaprak Naringgul, bisa saja hanya sampai Balegede karena hujan
deras, ada longsor, kabut tebal dll padahal tadinya direncanakan sampai
ke Cidaun bahkan lebih dari Cidaun. Selain itu, harus niat karena sudah
pasti akan ada diatas kendaraan (dalam hal ini motor) selama beberapa
bahkan belasan jam tanpa tahu kondisi didepan itu seperti apa.
Kalau
saya hal yang pertama dilakukan sebelum ngaprak adalah menentukan titik
akhir dari jalur ini. Setalah dijalan dan modal GPS (Guide Penuduk
Sekitar) tidak lupa memperhatikan kondisi cuaca saat itu, barulah akan
tahu akan berapa lama lagi ada diatas motor untuk sampai ke tempat
tujuan ditambah waktu untuk pulang lagi ke rumah, karena untuk hal ini
saya lebih sering izin pergi 1 hari saja, karena masih ada
larangan-larangan ke tempat tertentu dengan alasan keamanan dan
keselamatan yang padahal termasuk jalur yang ingin saya susur. Jadilah
"Ucing-ucingan" sama orang rumah. Tapi ada juga beberapa tempat yang
tidak memungkinkan untuk pergi 1 hari, saya akan bilang akan kemana dan
harus adu argumen dan gambaran mengenai info lokasi tersebut versi orang
rumah yang sudah lebih dahulu tahu tentang tempat itu dan argumen saya
yang membaca secara kesulurah bagaimana gambaran kondisi tempat itu dari
dulu sampai sekarang.
Meskipun
saya kenal cukup banyak teman yang suka travelling, tapi untuk yang
satu ini "langka", jadi saya aga kesulitan untuk menyusur jalur-jalur
yang sudah lama saya ingin lihat langsung, ditambah lagi saya tidak bisa
mengendarai sendiri motor keluar kota, apalagi saya perempuan, masih
aga rawan kalau benar-benar pergi sendiri ke tempat yang benar-benar
asing dan bukan sebuah kota. Tapi untunglah beberapa teman yang punya
hobi "ajaib" domisilinya dekat dengan saya meskipun rutinitas
sehari-hari jadi penghambat yang paling berpengaruh dan semuanya
laki-laki, jadi kadang kalau saya nyusur jalur jadi perempuan
satu-satunya bahkan lebih sering pergipun hanya berdua karena yang
lainnya sibuk dan yang lainnya tidak punya kesamaan untuk kegiatan
travelling yang satu ini.
Mungkin
pertanyaan klise ini sudah sering didengar untuk teman-teman yang suka
travelling "apa sih manfaatnya? atau "berapa biayanya?" Yap, pertanyaan
ini berlaku juga untuk ngaprak jalur. Jujur saya juga masih aga
kesulitan menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi untuk travelling yang saya
lakukan, apalagi untuk Ngaprak Jalur ini. Tapi, mungkin hampir sama
dengan jawaban untuk travelling, Ngaprak Jalur ini manfaatnya masih
untuk pribadi, seperti menambah pengetahuan saya tentang 1 wilayah di
Jawa Barat, melihat langsung tempat-tempat yang tidak banyak yang tahu,
merasakan sendiri bagaimana kondisi dan sensasinya berada di antah
berantah dengan kondisi medan yang berbeda 180 derajat dengan jalanan di
kota-kota besar yang standar-standar saja, tingkat kesulitan untuk
manuver-manuver terhadap kondisi alam relatif tidak ada, lengkap dengan
papan informasi penunjuk arah ataupun papan informasi nama jalan
meskipun masih cukup membingungkan juga, bisa melihat langsung kondisi
masyarakat Indonesia -yang katanya banyak yang miskin terutama di daerah
terpencil- seperti yang sering sekali didengar di media elektronik
maupun media cetak, dapat berbagai informasi yang tidak ditemukan di
mesin pencarian manapun, bisa silaturahmi dengan warga disana, yang
lebih luasnya bisa lebih bersyukur dengan apa yang saya punya dan apa
yang ada disekitar saya sekarang.
Yap,
setidaknya kalaupun harus blusukan ke antah berantah dengan semua
kesulitan yang ada,toh, saya hanya 1 kali atau mungkin beberapa kali
mendatangi tempat itu dan dalam kondisi cuaca yang sudah diperhitungkan,
nah bagaimana dengan mereka yang tinggal disana setiap hari, bahkan
seumur hidupnya belum pernah sekalipun pergi dari tempat itu? harus
setiap hari melewati jalur itu dalam segala macam kondisi cuaca yang ada
karena tidak ada jalan lain, harus cukup puas dengan semua kondisi
lingkungan dan pengaruh gejala alam yang bisa saja terjadi di tempat itu
setiap saat. Dalam bidang formal yang saya tekuni, tidak jarang ada
beberapa dari daerah-daerah tersebut yang masuk dalam pembahasan, baik
itu kuliah, pekerjaan, ataupun informasi mengenai rencana pemerintah
dalam program pembangunan negeri ini. Dari hasil ngaprak jalur tersebut,
dengan mengkombinasi antara rencana pemerintah dengan segala
tahapan-tahapannya sesuai yang sudah pernah saya pelajari dengan kondisi
di lapangan pada saat ini, yang terbaru, saya bisa melihat apa-apa saja
yang berubah dari tempat tersebut, apa-apa saja yang tidak akan pernah
saya lihat lagi ketika suatu saat nanti melewati jalur itu lagi.
Hal
lain yang saya dapat dari ngaprak jalur ini (yang masih) untuk saya
sendiri adalah melatih secara tidak langsung kepekaan ingatan dan daya
imajinasi saya tentang suatu lokasi, yaaaa kalau bahasa kerennya sih
kemampuan navigasi dan perhitungan jarak, waktu, dan pencarian jalur
alternatif tingkat bawaaaaaaaah sekali karena tidak melalui suatu
pelatihan khusus bahkan formal yang diselenggarakan oleh pihak-pihak
terkait. Selama ini modal saya hanya koneksi internet, peta administrasi
yang ada gambaran konturnya dan mesin pencarian.
Jadi kalau mau ngaprak jalur pun tidak asal pergi begitu saja, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan seperti:
1. Menentukan dulu mau kemana
Yap,
kita mau kemana dan titik awalnya darimana, karena untuk ke tempat
tersebut ada beberapa jalur di peta, jadi kita tentukan dulu akan lewat
mana
2. Sering-sering lihat peta
Yap,
peta disini lebih bagus peta administrasi yang ditampikan dengan
konturnya. Kenapa harus kontur? sebenarnya kontur hanya langkah awal
untuk melihat medan seperti apa yang akan kita lewati nanti, agar kita
tidak terlalu kaget. Selain kontur, perlu juga melihat keterangan
lainnya. Yang harus dilihat adalah nama-nama daerah disekitar atau
sepanjang jalur yang akan dilewati, lebih bagus kalau sampai ke tingkat
desa, agar lebih banyak alternatif ketika bertanya dengan penduduk
setempat.
Setelah
mengumpulkan nama-nama daerah, sebaiknya kita bagi sendiri desa mana
termasuk kecamatan dan kabupaten mana, karena cukup berpengaruh pada
saat akan menentukan jalur mana yang akan diambil.
3.
Setelah menetukan jalur, perlu juga mencari informasi jenis jalan yang
akan dilalui. Teknologi sekarang sudah cukup canggih, marilah kita
manfaatkan untuk hal yang satu ini. Untuk jalan, kita perlu lihat mana
yang merupakan jalan utama, baik itu antar kota, antar provinsi, sampai
antar kecamatan. Yang pertama harus kita cari adalah jalur utama antar
kota-kabupaten, lalu antar ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan
dari tempat yang menjadi titik akhir susur jalur kita. Setelah tau
pembagian jalur-jalurnya dan melewati daerah dan administrasi kabupaten
mana saja, selanjutnya melihat gambaran kondisi jalannya. Lagi-lagi kita
manfaatkan kecanggihan teknologi peta, untuk yang satu ini mungkin
lebih baik kalau kita pilih mode satelit atau hybrid, atau yang
terbaru sekarang yg sajian penampilannya bisa 3 dimensi. Setelah
mengetahui kondisi jalannya seperti apa, kita bisa balik lagi untuk
menentukan jalur mana yang akan dipilih dan akan melewati daerah mana
saja.
4.
Persiapan terakhir adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya dari
mesin pencarian, bisa hal-hal yang terkait sosial budaya, perkembangan
ekonomi, bencana alam, gambar-gambar ataupun hal-hal lain yang berkaitan
dengan daerah yang akan kita tuju. Yang paling mudah dan menyenangkan
adalah mencari ada objek wisata apa sajakah yang ada di tempat tujuan
kita.
Setelah
persiapan selesai, pada saat nyusur jalur juga ada "seni" nya, hal ini
berlaku bagi situasi dimana kita tidak bisa menggunakan satupun
perangkat elektronik yang bisa membantu. Pertama kita harus tau posisi
kita ada dimana, dan lebih bagus lagi kalau pada saat persiapan kita
sudah tau setelah posisi kita, kecamatan/desa terdekat kita apa. Setelah
itu, sebaiknya bertanya dengan menanyakan nama desa yang terdekat
dengan kita yang masuk kedalam jalur yang kita pilih, setelah itu`baru
kita bertanya lokasi akhir dari susur jalan ini, baru kita bertanya nama
tempat yang akan kita datangi lengkap dengan wilayah administrasinya
(kalau semisal ada tempat yang bisa kita masukan di lokasi akhir susur
jalur).
Kenapa harus menyebutkan banyak nama lokasi? kenapa tidak nama lokasi akhir saja? jawabannya ada 3
1. Tidak setiap orang yang kita tanya tahu tempat yang kita tuju meskipun yang kita tanya adalah warga sekitar.
2.
Terkadang penamaan lokasi pada peta kenyataannya akan berbeda di
lapangan. Biarpun di peta dan di lapagan ada tugu atau gapura yang jadi
penanda nama suatu lokasi, tetapi belum tentu semua warga menyebut
lokasi tersebut sesuai dengan nama di peta. Misalnya kita mencari Curug
Air, tetapi ternyata curug yang kita maksud oleh warga setempat diberi
nama Curug Angin.
3.
Mungkin saja ada kondisi lain yang paling terbaru yang diketahui oleh
warga setempat diluar yang kita cari, misalnya setelah mencari informasi
mengenai jalur A, ternyata jalannya sedikit lebih jauh, dan ada jalur B
yang lebih pendek jaraknya. Tetapi begitu kita tiba di lokasi tersebut,
ternyata jalur B yang lebih pendek rawan longsor dan baru saja semalam
terjadi longsor, sehingga disarankan mengambil jalur A dan bisa saja
ternyata jalur A yang lebih memutar merupakan jalur yang sering
digunakan penduduk setempat karena lebih aman dan sebagainya.
Perhitungan
waktu juga sangat perlu, karena apabila kita hanya merencanakan unruk
bepergian 1 hari saja, maka setelah mendapatkan informasi mengenai
waktu total untuk sampai ditujuan, kita harus mengalikan 2x untuk waktu
pulang, selain itu di tengah perjalanan pun kita harus menghitung waktu,
misalnya perjalanan kita tersisa setengahnya lagi, sementara
perhitungan waktu tidak memungkinkan untuk kita meneruskan perjalanan
sampai titik akhir dan kembali ke rumah, maka kita harus sesegera
mungkin mengambil keputusan yang tepat agar meminimalisir hal-hal yang
diluar perhitungan. Perhitungan perbekalan uang dan makanan juga harus
menjadi pertimbangan dalam melakukan susur jalur ini, sebaiknya kita
membawa air minum lebih sedari rumah untuk meminimalisir pengeluaran,
untuk makanan, sebaiknya kita membeli makanan berat di daerah yang
paling ramai dan membeli makanan ringan selagi masih di kota asal.
Untuk
masalah biaya, saya pribadi biasanya hanya menghitung biaya untuk bahan
bakar, biaya tambahan untuk semua yang berhubungan dengan kondisi
motor, seperti ban, busi, rem, rantai dll yang masih bisa di "otak-atik"
sendiri tanpa harus masuk bengkel sebagai biaya utama, biasanya kalau
hanya 1 hari, jumlah uang yang dibawa minimal 50.000, malah terkadang
nominal tersebut menjadi nominal maksimal setelah perhitungan ulang
selesai ngaprak.
Untuk
ngaprak jalur ini, kita tidak akan tahu bagaimana kondisi cuaca, jadi
sebaiknya kita membawa baju ganti lengkap, memakai sepatu, jaket waterproof
dan jas hujan. Tidak kalah pentingnya juga untuk memeriksa kondisi
kendaraan bermotor dan menjaga kondisi fisik. Untuk hal-hal yang brsifat
tambahan, seperti mengisi full baterai kamera, power bank, handphone
juga harus diperhitungkan kalau kita ingin mengabadikan banyak moment
selama perjalanan kali ini. Sekedar saran, sebaiknya minimal jumlah
orang yang pergi 3 orang, atau kalau memang tidak memungkinkan, 2 orang,
tidak disarankan untuk pergi sendiri terutama untuk perempuan dan
menggunakan motor.